Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Revolusi Mental Butuh "Obat Kental"
Pepatah mengatakan bahwa anak-anak bukan pendengar yang baik bagi orang tuanya melainkan peniru ulung bagi orang tuanya.
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila
"Nadyan silih bopo biyung kaki nini sedulur nyang sanak kalamun muruk tan becik sapa wae, nora panten den gugua" Tembang Pucung (Meskipun bapak, ibu, kakek, nenek, juga sanak saudara, serta kerabat kalau mengajari sesuatu yang tidak baik, siapa saja tidak pantas diturut ).
Pepatah mengatakan bahwa anak-anak bukan pendengar yang baik bagi orang tuanya melainkan peniru ulung bagi orang tuanya.
Proposisi ini menjelaskan bagian terpenting yang harus dijaga oleh semua pengawal peradaban adalah wajah masa depan sangat ditentukan dari kualitas budiprkerti dan akhlak terpuji generasi bangsa saat ini.
Jika kurang membanggakan, unjuk dengar unjuk lihat, unjuk gigi, dan unjuk rasa adalah fase-fase pengantar revolusi mental.
Dalam pencermatan visi, revolusi mental adalah ikhtar untuk membuat terang benderang kemampuan manusiaberolahbudipekerti akhlak terpuji (OBAT) untuk berada pada level manusia sesempurna manusiawi agar dapat mencapai nilai nilai puncak peradaban.
Jika minus penggapaian, maka revolusi mental harus dihadirkan dengan kemampuan total atau KENTAL .
Pengolahan unjuk dengar harus disegerakan dengan terstruktur sistimatis dan masif agar budaya mendengar oleh generasi bangsa mampu mendorong persenyawaan antara pengalaman dan komitmen menjadi tindakan, khususnya di era perang pengetahuan (intelelligency wars) saat ini.
Dalam budaya Yunani kemampuan unjuk dengar yang baik adalah ciri manusia yang gandrung pada keindahan dan keluhuran atau Kalos Katagos.
Dalam ajaran Agama Islam adalah salah satu fungsi Insan Kamil.
Sudah ditengarai secara seksama pertingkatan budaya mendengar yang rendah telah melambungkan planet ego ketitik luar sumbu atau poros keseimbangan sehingga mental mau menang sendiri, pendapatnya yang paling benar, melumpuhkan ruang dialog, surplus kekerasan simbolik dan non verbal adalah sederetan penyakit mental yang menggerus persatuan nasional.
Akibat budaya mendengar yang rendah, marak gerakan putus silahturahim, pemicu distrust yang melahirkan disharmoni sehingga bangsa didera krisis ilmu pengetahuan.
Situasi krisis ilmu pengetahuan inilah yang berkontribusi pada perlambatan perwujudan hasil pembangunan, meskipun secara kuantitatif kita punya ratusan ribu sekolah akademi maupun perguruan tinggi di seluruh tanah air.
Budaya Unjuk Dengar yang rendah diiringi budaya unjuk lihat terhadap capaian capaian peradaban yang unggul juga tipis adalah penyebab mental unjuk gigi merajai pertingkahan sosial politik ekonomi bangsa.