Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners

Tribunners / Citizen Journalism

Nestapa Banjarnegara dan Lahirnya Anak Ashanty

Jika acara ini diniatkan sebagai hiburan, rasanya bukan hiburan semacam live show kelahiran yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Nestapa Banjarnegara dan Lahirnya Anak Ashanty
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Relawan berusaha mengevakuasi salah satu korban tanah longsor di Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Minggu (14/12/2014). Sampai pukul 17.00 WIB, total jumlah korban longsor yang berhasil dievakuasi sebanyak 39 orang. KOMPAS/HERU SRI KUMORO 

Catatan Kaki Jodhi Yudono

TRIBUNNEWS.COM - Bumi Banjarnegara menggeliat sepanjang dua hari lalu. Sejak Kamis, 11 Desember 2014, longsor terjadi di Wanayasa Banjarnegara. Longsor menyebabkan pengungsian ratusan jiwa yang tersebar di beberapa daerah, seperti Dusun Puncil Desa Karangtengah, Dusun Wadas Desa Pandansari, Desa Dawuhan, Desa Ngasinan, Kecamatan Pejawaran, dan di Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu. Akibat bencana ini, puluhan nyawa melayang. Longsor juga terjadi di Wonosobo, daerah tetangga Banjarnegara yang mengakibatkan hilangnya harta serta jiwa.

Longsor di Kecamatan Wanayasa memaksa 379 warga mengungsi ke wilayah terdekat, seperti Dusun Puncil, Dusun Wadas, Desa Dawuhan, dan lainnya. Satu warga di antaranya, Suheri (65), tewas akibat tertimba longsoran.

Longsor kembali terjadi di Banjarnegara, Jumat, 12 Desember 2014, pukul 18.00 WIB. Longsor ini menimpa perumahan warga di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, yang sebelumnya dilanda hujan deras.

Hingga Minggu, 14 Desember 2014, sedikitnya 500 warga mengungsi akibat bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara.

"Dari laporan tadi pagi saja sudah ada sekitar 577 pengungsi, dan perkiraan ada 88 orang yang masih tertimbun," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo seperti dikutip Kompas.com, seusai menghadiri Pelantikan Pengurus Pusat Kagama di Balai Senat UGM, Minggu (14/12/2014).

Proses pertolongan terhadap korban longsor di Banjarnegara yang dilakukan tim gabungan hingga Minggu (14/12/2014) sore telah berhasil mengangkat 21 korban jiwa dari material longsor di Dusun Jemblung, Sampang, Karangkobar, Banjarnegara. Hingga saat ini, jumlah yang berhasil diangkat adalah 39 orang, dengan 18 korban jiwa ditemukan pada hari pertama.

BERITA TERKAIT

Pada peristiwa ini, kita masih bisa tersenyum, menyaksikan masih banyak orang yang peduli terhadap sesama dengan menjadi relawan. Koordinator tim SAR gabungan, Nyoto Purwato, mengatakan, proses pertolongan tidak hanya dilakukan oleh Badan SAR Nasional dan tim SAR gabungan. Menurut dia, minat warga, relawan, dan partisipasi masyarakat sangat tinggi untuk membantu proses pertolongan.

Bahkan, pada siang hari, ketika upaya bantuan dari masyarakat sudah dihentikan, tetap saja jumlah relawan yang bersedia memberikan bantuan terbilang besar.

Keberadaan relawan, di satu sisi membantu, tetapi di sisi lain, ujar Nyoto, bisa menimbulkan celaka lantaran mereka tidak dibekali dengan pengalaman menolong. Selain itu, banyak relawan yang tidak mempunyai kualifikasi sebagai rescuer atau penyelamat.

O... nestapa, kepedihan datang bagai gelombang

O... bencana, pancaroba senantiasa membawa pesan

Beginilah hidup di Indonesia. Suka dan duka senantiasa berjalan beriringan. Musim hujan yang mengguyur baru saja menerbitkan senyum bagi para petani, tetapi pada saat bersamaan, hujan juga membawa bencana.

Seperti yang sudah-sudah, nestapa jarang datang sendirian. Dia datang berendeng dengan rupa-rupa perkara.

Maka dari itu, pesan yang kita tangkap dari bencana ini adalah, lantaran tanah tak lagi terikat oleh akar pohonan, maka ketika hujan datang tak ada lagi penahan. Tanah itu tergerus hujan dan meluncur ke bawah membawa serta bebatuan dari bukit-bukit yang rapuh. Lantaran kita hidup di tanah yang akrab dengan bencana, kewaspadaan dan kesiapan memberikan pertolongan dan bantuan juga harus senantiasa disiagakan.

Tanah longsor di Banjarnegara seperti melengkapi kisah-kisah duka yang terjadi pada bulan Desember. Terkenanglah kita pada tanggal 26 Desember 2004 saat tsunami menghancurkan Aceh. Teringatlah kita pada 12 Desember 1992 saat gempa tektonik dan tsunami menghajar Flores.

Duka pada bulan Desember juga bukan cuma terjadi di Tanah Air. Pada tanggal 26 Desember 2003, gempa 6,4 SR mengguncang daratan Iran, tepatnya di kota Bam yang padat penduduk sehingga meluluhlantakkan kota itu dan menewaskan sekitar 45.000 jiwa.

Mundur lagi ke tanggal 26 Desember 1932, gempa terjadi di Kansu, Tiongkok, yang menewaskan sedikitnya 70.000 jiwa.

Bencana gempa bumi 7,9 SR tercatat mengguncang Erzincan, Turki, tanggal 26 Desember 1939 hingga menewaskan 41.000 jiwa.

***

Bersamaan dengan nestapa Banjarnegara, dari Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, sebuah acara reality show berlangsung. Dari rumah sakit itu, proses Ashanty melahirkan putra pertamanya disiarkan secara live oleh RCTI pada pukul 13.00-16.00 WIB, Minggu (14/12/2014), dengan judul acara Anakku Buah Hati Anang Ashanty.

Proses kelahiran bayi Ashanty dan Anang Hermansyah dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi reality show dan live show. Banyak orang menanggapi reality show itu sebagai keanehan. Bukan saja lantaran disiarkan berbarengan dengan suasana dukacita, melainkan karena keluarga anggota DPR RI, Anang Hermansyah, telah dengan suka dan rela menyiarkan peristiwa pribadi keluarganya ke khalayak.

Bukankah melahirkan bayi ke bumi merupakan momen pribadi, sebuah peristiwa sakral yang lazimnya dilewati secara pribadi pula oleh keluarga yang bersangkutan. Namun, tidak demikian dengan keluarga Anang. Kabarnya, acara ini sudah dijual, seperti disiarkan oleh beberapa situs berita hiburan yang memberitakan beberapa bulan lalu bahwa pasangan ini sedang mencari sponsor untuk acaranya. Setelah deal, pengambilan gambar dimulai dari tiga bulan sebelum melahirkan, lalu lanjut dengan tayangan eksklusif secara live.

Entah dengan cara apa kita bisa memahami acara Anakku Buah Hati Anang Ashanty kemarin. Entah pelajaran apa yang hendak disampaikan kepada khalayak pemirsa berkaitan dengan peristiwa kelahiran itu? Adakah masyarakat kemudian mendapatkan pengetahuan bahwa mengejan itu butuh diselesaikan dalam 10 hitungan dan tidak perlu teriak-teriak ala melahirkan di sinetron Indonesia? Tidak, bukan?

Lantas, demi apa pula seorang anggota DPR yang seharusnya memiliki kepekaan lebih terhadap derita masyarakat harus tega mengambil keuntungan berupa popularitas dan mungkin juga sejumlah uang di tengah-tengah suasana nestapa ini?

Jika acara ini diniatkan sebagai hiburan, rasanya bukan hiburan semacam live show kelahiran yang dibutuhkan oleh masyarakat. Di luar bencana, sedemikian banyak persoalan yang menelikung bangsa ini. Salah satunya adalah naiknya semua harga kebutuhan pokok.

Tentu, bukan cuma kepada Anang sekeluarga kita bertanya-tanya tentang maksud tayangan acara itu. Pihak lain yang bertanggung jawab adalah juga RCTI selaku stasiun yang menyiarkan acara tersebut. Maka dari itu, secara lelucon, kita pun sebetulnya bisa bertanya bahwa RCTI tidak berimbang dalam pemberitaan. Mengapa stasiun TV ini hanya menyiarkan proses pernikahan dan kelahiran anak Anang-Ashanty, mengapa proses pembuatan anak pasangan penyanyi itu tidak disiarkan juga?

@JodhiY

Sumber: Kompas.com
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas