Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Natal dan Festival Bir di Palestina, Pelajaran Toleransi untuk Indonesia

Apakah toleransi antarumat Muslim-Kristen tersebut ikut padam, ketika Arafat wafat diracun? Sang suksesor, Mahmoud Abbas menjawab tegas, "Tidak!"

zoom-in Natal dan Festival Bir di Palestina, Pelajaran Toleransi untuk Indonesia
Twitter.com/@parsib76
Sebanyak dua wanita muda berjilbab berfoto dengan latar belakang ornamen Natal. 

Oleh: Reza Gunadha

KALA masih banyak umat muslim Indonesia sibuk mencari tahu, berpolemik, bahkan mencak-mencak tentang boleh atau tidaknya mengucapkan "Selamat Hari Raya Natal", Umat Muslim di Palestina justru tak sabar menunggu kemeriahan perayaan umat Nasrani tersebut.

***

Biru cerah bersemburat di langit atas Gereja Nativity (tempat kelahiran Yesus), Betlehem, Palestina, 23 Maret 2000 silam. Gambaran alam yang mengisyaratkan nomena, betapa harmonisnya kehidupan antarumat beragama di negeri jajahan rezim zionis fasistik Israel tersebut.

Ketika itu, Paus Yohannes Paulus II tengah mempersembahkan misa menjelang Natal. Sesaat ia hendak melanjutkan prosesi misa, Sri Paus justru duduk terdiam. Bukan karena kelelahan, tapi ia terdiam karena berkumandangnya azan dari masjid dekat Manger Square.

Ia diam berkhidmat hingga azan itu berhenti. Setelah itu, seluruh jemaah langsung bertepuk tangan, termasuk Presiden Palestina Yasser Arafat dan istrinya Suha. Sidang pembaca tak perlu terkaget-kaget karena ada Yasser Arafat dalam prosesi misa tersebut.

Mendiang Arafat, bukanlah sekadar mengantar sang istri, yang hingga detik ini adalah pemeluk taat Kristen, untuk mengikuti misa tersebut. Sebabnya, Arafat memang selalu mendapat tempat dalam gereja suci tersebut pada misa Natal setiap tahun.

Apakah toleransi antarumat Muslim-Kristen tersebut ikut padam, ketika Arafat wafat diracun? Sang suksesor, Mahmoud Abbas menjawab tegas, "Tidak!" Mengikuti jejak predesesornya, Mahmoud Abbas tak pernah absen menghadiri misa dan memberikan pesan Natal setiap tahun.

Berita Rekomendasi

Anda juga tak perlu kasak-kusuk mencari tahu apakah sang presiden seorang muslim, karena jawabannya sudah pasti "benar." Meski begitu, dalam pesan Natal 2012, ia secara tegas menyebut Yesus merupakan utusan harapan seluruh rakyat negeri terjajah tersebut.  

Umat muslim yang menjadi mayoritas di Palestina, tampaknya tak lagi mau repot-repot bergunjing, adu dalil-dalil yang sebenarnya belum incracht sehingga masih berada di titik status quo, mengenai halal-haramnya mengucapkan selamat natal bagi tetangga mereka yang Nasrani.

Bagi mereka, perdebatan tersebut telah selesai ketika mereka yakin sepenuhnya terhadap kepercayaannya masing-masing. Apalagi, Nasrani, Islam, dan Yahudi, merupakan kepercayaan yang berasal dari tradisi yang sama: Abrahamik.

Kentalnya toleransi antarumat beragama tersebut, juga diperlihatkan oleh umat Nasrani Palestina ketika umat Muslim hendak merayakan Idul Fitri. Kala Gaza dibombardir Israel pada bulan Ramadhan tahun ini, para Nasrani mengundang kaum muslimin salat dan merayakan Idul Fitri di Gereja Saint Porphyrius, Gaza.

Warga muslim Palestina juga tak pongah, ketika mereka mengetahui menjadi yang mayoritas. Seperti yang dilansir CIA World Factbook, warga Kristen hanya delapan persen dari populasi di Tepi Barat, dan hanya 0,7 persen di Gaza.

Tapi, apa kata Abbas tentang problematika mayoritas kontra minoritas seperti yang kerap dijadikan bahan apologi di Indonesia? “Orang Kristen tidak menjadi minoritas di sini. Mereka adalah bagian integral dari rakyat Palestina,” tulis Abbas dalam pesan Natalnya pada tahun yang sama.

Segelintir kelompok warga Indonesia yang keras kepala dan anti-toleransi, juga akan semakin terkejut kalau mengetahui di Palestina juga setiap tahun menggelar Festival minum bir. Benarkah ada festival meminum air yang haram bagi umat Muslim itu di Palestina?

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas