Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Natal dan Festival Bir di Palestina, Pelajaran Toleransi untuk Indonesia

Apakah toleransi antarumat Muslim-Kristen tersebut ikut padam, ketika Arafat wafat diracun? Sang suksesor, Mahmoud Abbas menjawab tegas, "Tidak!"

zoom-in Natal dan Festival Bir di Palestina, Pelajaran Toleransi untuk Indonesia
Twitter.com/@parsib76
Sebanyak dua wanita muda berjilbab berfoto dengan latar belakang ornamen Natal. 

Yup, festival itu benar-benar ada, diselenggarakan oleh produsen bir asli Palestina bernama Taybeh. Setiap tahun, "Taybeh Beer Octoberfest" digelar pada bulan Oktober di Kota Ramallah. Dengan pengecualian, kalau zionis Israel tak cari gara-gara menyerbu Palestina seperti Oktober tahun ini.

Baiklah, mari kembali ke Indonesia. Hamparan pengalaman umat muslim Palestina kala Natal tersebut, tampaknya menjadi pembenaran terhadap pernyataan satu-satunya ahli tafsir Indonesia bahkan di Asia Tenggara yang diakui komunitas Islam internasional, Profesor DR Quraish Shihab.

Ketika membahas polemik halal-haram mengucapkan selamat Natal, sang profesor sedih sekaligus prihatin, sebab ia menduga kuat persoalan seperti itu hanya ada di Indonesia. "Saya lama di Mesir. Saya kenal sekali. Saya baca di koran, ulama-ulama Al Azhar berkunjung kepada pimpinan umat kristiani mengucapkan selamat Natal."

Tapi, seperti warga Palestina, kita juga harus tetap optimistis, bahwa hanya segelintir orang dari ratusan juta penduduk Indonesia yang repot-repot mempersoalan hal bukan prinsip tersebut.

Guna menghabisi hasrat ingin "repot-repot" untuk hal tak prinsip itulah, orang Indonesia tampaknya harus menggali ilham dari akhir hayat "Si Guru Tak Mau Repot-Repot", Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

***

Gus Dur tengah terbaring di ranjang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, 25 Desember 2009. Kondisi tubuhnya semakin lemah. Ia sekarat. Teman-teman Gus Dur tahu, tak lagi ada cukup waktu bagi sang Kiai di dunia ini.

Maka, mereka berbondong-bondong menjenguk si kiai nyentrik tersebut. Termasuk, teman, rekan, dan sahabat Gus Dur dari kalangan nasrani, datang menjenguk bertepatan dengan Hari Natal.

Berita Rekomendasi

Ketika Gus Dur melihat sohib-sohib Nasraninya masuk ke kamarnya, meski dengan suara lemah, Gus Dur langsung mengatakan: "Selamat Natal Sedulur..."

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas