Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
46 Tahun Silam, John dan Yoko Serukan Kedamaian dari Tempat Tidur
John mengatakan dirinya dan Yoko bagaikan dua malaikat di tempat tidur.
Editor: Rendy Sadikin
oleh Rendy Sadikin
BANYAK pasangan baru menikah menghabiskan bulan madunya di sebuah tempat nan eksotis dan romantis. Jauh dari bising dan keramaian.
Nah, tampaknya hal-hal itu tidak berlaku bagi pasangan pentolan The Beatles, John Lennon dan istri keduanya, Yoko Ono yang menikah pada 20 Maret 1969 di Gibraltar.
Betapa tidak, mereka menghabiskan bulan madunya selama sepekan dengan melakukan kampanye 'Bed for Peace' yang dimulai pada 25 Maret 1969.
Seperti dilansir dari laman Ultimate Classic Rock, setelah pernikahan mereka, John dan Yoko memesan sebuah kamar kelas presidential suite di Hilton Amsterdam, Belanda.
Kamar tersebut mereka dekorasi dengan tulisan tangan di atas tempat tidur. Tulisannya 'Hair Peace' dan 'Bed Peace'. Mereka juga mengundang wartawan ke kamar untuk berdiskusi soal isu kedamaian selama 12 jam per hari.
"Kami mengirimkan kartu undangan 'Datanglah ke bulan madu John dan Yoko di tempat tidur, Hotel Amsterdam'," tutur pria kelahiran Liverpool 9 Oktober 1940.
Menurut John, selebritis harusnya melihat wajah para wartawan ketika berjuang di depan pintu.
"Pemikiran mereka penuh dengan hal-hal yang akan terjadi. Mereka berjuang dengan cara mereka sendiri," ungkap John.
John mengatakan dirinya dan Yoko bagaikan dua malaikat di tempat tidur. Bunga-bunga di sekeliling pasangan itu. Tulisan 'Peace' dan 'Love' di kepala mereka.
“Kami berpakaian. Tempat tidur cuma pemanis. Kami mengenakan piyama seperti yang kami pakai. Tidak ada lagi yang ingin kami tunjukkan. Kami 'telanjang'," kata John.
Bukan tanpa alasan mereka memilih Amsterdam untuk berkampanye agar pesan yang hendak disampaikan tersebar.
Seperti yang dikatakan Yoko kepada seorang wartawan, "Kami mengganggap Amsterdam merupakan tempat yang sangat penting dan cocok untuk melakukan kampanye itu."
Menurut Yoko, warga Amsterdam memiliki ketertarikan yang sangat segar dan kuat terhadap kampanye itu.