Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Melihat Langsung Ganasnya Kebakaran Hutan di Sekitar Gunung Palung Ketapang
Beberapa dari murid SD mengatakan kabut asap cukup mengganggu mereka saat ketika bermain dan pergi sekolah.
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: Petrus Kanisius
Aktivis Yayasan Palung
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Selama, kurang lebih 9 jam perjalanan yang kami lalui, kami menjumpai asap yang cukup pekat berbaur menjadi satu dan api terlihat membakar hutan saat kami menuju tempat untuk melakukan kegiatan Kesling ke dua desa di dua Kabupaten, pada 19-22 September 2015 lalu.
Tidak tahu persis dari mana asal usul hutan terbakar yang kami jumpai tersebut namun hutan yang terbakar tersebut berada di wilayah Desa Matan Jaya. Seperti yang terlihat hutan tesebut berada di areal perbukitan dan terlihat semakin menyebar dan membesar.
Adapun ke dua desa yang dimaksud adalah di Desa Matan Jaya, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara dan Desa Jago, Kecamatan Sandai di Kabupaten Ketapang. Wilayah yang dimaksud merupakan berbatasan langsung dengan TNGP.
Desa pertama yang kami kunjungi saat melakukan kegiatan bersama antara Yayasan Palung dan Yayasan ASRI adalah di desa Matan Jaya. Pada malam hari, kegiatan serentak kami lakukan. Yayasan ASRI melayani pemeriksaan dan pengobatan gratis. Sedangkan Yayasan Palung melakukan pemutaran film untuk penyadartahuan sekaligus menghibur masyarakat.
Saat melakukan pemeriksaan, ada beberapa warga memeriksakan mata, jantung dan batuk-batuk. Sambil diperiksa, masyarakat bisa sekaligus menyaksikan film lingkungan. Tampak sesekali senyum lebar dan komentar dari masyarakat ketika menyaksikan film yang mereka saksikan. Beberapa film kami putarkan seperti film dokumenter; Indonesia Diambang Kepunahan, Hari Esok Yang Menghilang, Saving The People To Save The Forest dan Following Orangutans.
Selama berada di dua desa tersebut, ragam kegiatan yang kami lakukan seperti kesling (kesehatan keliling), pemutaran film lingkungan untuk masyarakat (untuk penyadartahuan), puppet show (panggung boneka) di SDN 17 Desa Matan Jaya dan SDN 17 Desa Jago, Kecamatan Sandai. Sebelum melakukan puppet show, terlebih dahulu kami memutarkan film dokumenter singkat tentang pemanasan global.
Ketika puppet show, kami bercerita tentang orangutan yang merupakan satwa yang dilindungi dan terancam punah. Selanjutnya juga, bercerita tentang makanan seperti buah-buahan, umbi-umbian, kulit kayu, serangga dan pucuk daun. Selain itu juga, melalui media boneka menjelaskan orangutan memiliki fungsi sebagai penyebar biji-bijian kemudian tumbuh menjadi pohon yang disebut juga sebagai hutan.
Selanjutnya juga, diadakan tanya jawab dengan murid-murid sekolah dasar tentang apa yang terjadi di sekeliling mereka. Beberapa dari murid SD mengatakan kabut asap cukup mengganggu mereka saat ketika bermain dan pergi sekolah.
Sedangkan lecture (ceramah lingkungan) kami lakukan di SMPN 08 Simpang Hilir dan SMAN 04 Simpang Hilir. Bercerita tentang orangutan: Manfaatnya bagi manusia dan hutan. Pada lectture tersebut juga, kami menjelaskan beberapa hal terkait orangutan seperti long call (panggilan panjang) orangutan, saat orangutan sedang makan (feeding), membuat sarang (nest building), minum dan reproduksi.
Itu merupakan materi yang disampaikan saat lectture. Dalam penyampaian materi dan tanya jawab, murid SMAN 04 Simpang Hilir mengatakan pernah berjumpa orangutan di sekitar hutan mereka. Selain itu, di wilayah mereka (Desa Matan Jaya) sekarang telah semakin sempit karena diapit oleh perkebunan sawit dan pertambangan.
Dari Yayasan ASRI yang hadir pada kegiatan tersebut adalah dr. Hafidz, evan dan Riki (perawat) dan Okto. Sedangkan dari Yayasan Palung; Mariamah Achmad, Edward Tang, Ranti Naruri, Abandi dan Petrus Kanisius.
Dalam perjalanan pulang kami juga berjumpa dengan mobil bak terbuka yang sedang mengangkut kayu log (kayu bulat). Kamis (22/10/2015), pukul 12.30 wib kami menyudahi semua rangkaian kegiatan. Semua rangkaian kegiatan yang kami lakukan berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari masyarakat di kedua desa. Pukul 13.00 wib kami kembali ke Ketapang. Sekitar pukul 19.30 Wib, kami tiba di Ketapang.
Penulis: Stefanus Akim