Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sumpah Pemuda dan Hari Musik Indonesia
Setiapkali memperingati Hari Sumpah Pemuda – 28 Oktober, kita diingatkan kembali pada kenangan peristiwa bersejarah
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Setiapkali memperingati Hari Sumpah Pemuda – 28 Oktober, kita diingatkan kembali pada kenangan peristiwa bersejarah Konggres Pemuda Indonesia II, 28 Oktober 1928, yang melahirkan “Sumpah Pemuda”.
Momentum historis lainnya tak kalah pentingnya terlahir dari peristiwa tersebut yaitu lahirnya lagu “Indonesia Raya”, untuk kali pertama diperdengarkan dihadapan publik peserta konggres oleh WR Supratman yang dimainkan secara instrumentalis hanya dengan gesekan biola.
Siapa sangka “Indonesia Raya” yang saat itu dimainkan hanya dengan instrumentalis gesekan biola tanpa disertai lirik dan vokal, resonansi nada-nada lagu tersebut mampu menggetar jiwa dan membangkitkan semangat rasa kebangsaan.
Bahkan bisa jadi saat itu sang komponis tidak membayangkan bahwa lagu ciptaannya, “Indonesia Raya” di kemudian hari menjadi lagu kebangsaan, lagu pemersatu bangsa Indonesia.
Kehadiran musik memberi peran dan pengaruh cukup kuat dalam kehidupan manusia, masyarakat dan bangsa. Bahkan musik berfungsi sebagai medium yang bisa menjadi media perjuangan.
Musik sebagai ekspresi jiwa, menjadi bagian tak terpisahkan dari ruang kesadaran penciptanya akan nilai-nilai kehidupan dan realitas sosial kondisi masyarakatnya.
Sebagaimana dicontohkan lagu “Indonesia Raya” yang ternyata kemudian mampu membangkitkan semangat dan membangun kesadaran rakyat Indonesia bahwa di depan kita ada bangsa, ada negara, dan ada kedaulatan yang harus direbut, digenggam dan dipertahankan.
Yang kini jadi pertanyaan kita bersama, masih berkumandangkah di jiwa sanubari kita spirit nyanyian “Indonesia Raya” karya seniman musik WR Supratman yang terlahir dan tercetus dari peristiwa kebudayaan Sumpah Pemuda – 28 Oktober 1928, terus mengilhami spirit kita bersama; Bangunlah jiwanya / Bangunlah badannya / Untuk Indonesia Raya.
Semangat ini pula yang juga harus tetap dijaga dan menjadi spirit para insan musik yang mengaku dirinya sebagai seniman musik Indonesia, apa itu profesinya sebagai musisi atau komponis.
Adalah tidak berlebihan bila kemudian apa yang terlahir dari momentum historis peristiwa kebudayaan pada 28 Oktober 1928 – yang antara lain ditandai dengan dilantunkannya lagu “Indonesia Raya” oleh WR Supratman – yang kini setiap tanggal dan bulan tersebut diperingati sebagai “Hari Sumpah Pemuda” dimaknai pula sebagai “Hari Musik Indonesia”.
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, pendiri Forum Apresiasi Musik Indonesia (Formasi)