Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Indonesia Bersahabat di Sagu Hemat

Masyarakat elit kita yang belum "terdidik" oleh sisi positif pasar ini masih berkubang dalam konsumersime.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Indonesia Bersahabat di Sagu Hemat
Ist
Direktur Klinik Pancasilan pada Sosialisasi Gerakan Estafet Nasional Cipta Amal Rutin ke-5 Pancasila (GENCAR PANCASILA) bersama 230 peserta SAGUSAGURU (Sabtu-Minggu Saudagar Baru) dan Peluncuran Indonesia BERSAHABAT di SAGU HEMAT, Jakarta 31 Oktober 2015. 

Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila

TRIBUNNEWS.COM - Industrialisasi yang semakin berkembang memberikan dampak komodiflkasi hampir setiap barang dan jasa. Dalam hal jasa, fenomena ini bisa melunturkan sikap tulus untuk berbuat baik dan sikap ikhlas berbuat amal bhakti sosial. Sementara di sisi lain, dorongan-dorongan hasrat (desires) memenuhi kebutuhan hidup kadang sudah melampaui dan melebih dari apa yang sekedar dibutuhkan.

Dalam kehidupan masyarakat kapitalis barangkali ini menjadi drive pertumbuhan pasar dan prroduksi ekonomi. Akan tetapi di negeri ini, dimana struktur modal belum menjangkau kepentingan penyejahteraan masyarakat dalam praktik ekonominya karena kita masih tergolong negara berkembang ini menjadi kegamangan dan kegagapan budaya dalam bentuk prilaku konsumerisme/hedonisme masyarakat produktif ataupun non produktifnya, yang di sisi lain roda perekonomian sendiri berputar pada sekelompok elit masyarakat.

Ujungnya kita masih menjadi obyek dari pasar yang kita ciptakan, belum subyek aktif dalam skala makna yang luas. Perekonomian kita seakan semoga salah mengadosi sistem yang kurang lebih menekankan pada proses produksi, tetapi mendorong pada prilaku konsumsi. Fenomenanya masyarakat komsumtif ini belum terdidik dari sisi positif pasar itu sendiri. Setingkah dengan prilaku itu lambat beranjak kepada taraf prilaku kreatif produktif. Nyatanya jumlah enterpreneur (wirausahawan) masih sangat kecil jumlahnya di negeri ini. Andai saja jumlah kelompok masyarakat enterpreneur ini, katakanlah, berkisar 30%- 40% Indonesia akan maju pesat pertumbuhan perekonomiannya.

Masyarakat elit kita yang belum "terdidik" oleh sisi positif pasar ini masih berkubang dalam konsumersime kadang memang tak diimbangi dengan ethos produktivitas. Dorongan untuk terns berprilaku konsumeris ini tidak seimbang dengan produktivitas yang seharusnya dilakukan. Akibatnya dorongan hasrat konsumerisme salah satunya menjadi picu perilaku Korupsi atau menciptakan masyarakat "miskin kultural". Berbeda jika, dorongan konsumerisme seimbang dengan ethos produksivitas, maka ini akan memicu terus-menerus teijadinya kegiatan ekonomi- produksi yang berkesinambungan. Efek yang lebih luas, masyarakat memperoleh peluang untuk menjadi makmur dan sejahtera tentu dengan catatan bila kebijakan yang mengelola sektor ini berkeadilan dan penuh akuntabilitas.

Konsumerisme bagi hulu-hulu mesin produksi (negara-negara kapitalis maju) menjadi fokus utama yang menjadi pengembangan dari modal (kapital) mereka. Di negara yang sudah mapan (establishment estate) ini tentu menguntungkan, tetapi bagi negara periferal sistem kapitalis yang umumnya belum maju di segala bidang ini membelenggu kemajuannya, masyarakatnya terbius oleh kegelamoran. Konsumerisme yang sekarang ini menjadi penekanan dalam sistem yang ada memberikan berbagai dampak pathologi sosial, dalam masyarakat negara berkembang lebih-lebih negara terkebelakang. Seorang kritikus post-modern Jean Baudrillad mengatakan, .. kenyataanya kebutuhan dan konsumsi adalah perluasan dari kekuatan produktif yang diorgasnisir—" oleh modal dan dominasi (supremasi ras, kelompok, atau bangsa).

A. Solidaritas Sosial Membangun Kreativitas
SAGU Hemat adalah sebuah program sosial yang berangkat dari keterpanggilan sebagai penyikapan akan lemahnya daya ungkit kelompok masyarakat "marginal", di tengah arus budaya konsumerisme yang datang dari hulu-hulu budaya kapitalistik-materialisme yang sekarang kita kenal sebagai Globalisasi. SAGU Hemat ini adalah lebih berupa ajakan sosial untuk berhemat di hari Sabtu dan Minggu dengan cara mengalihkan perilaku konsumeris tadi ke arah yang produktif. Misalnya dengan gemar menabung, training- trainig soal micro-finance, kreativitas kekaryaan, serta bentuk-bentuk pengembangan diri (skills & Talents) agar kelompok masyarakat ekonomi lemah ini siap menghadapi era Pasar Bebas. Karena itu, secara besarannya SAGU Hemat ini menjadi ajang Solidaritas Sosial Membangun Kreativitas.
Dalam ajang Solidaritas Sosial Membangun Kreativitas akan ditemukan berbagai ajang menumbuhkan kreativitas dalam hal Sosial-ekonomi. Bila sejak hari Senin sampai Jumat kita bergulat dan bergelut dengan aktivitas bermacam-macam yang kadang berdimensi sosial-ekonomi, atau ekonomi saja; maka pada hari Sabtu dan Minggu yang biasanya menjadi hari-hari penuh kegiatan "keluar" (keluar rumah, keluar uang, keluar energi, keluar waktu- wasting) akan diubah menjadi hari HEMAT (Saving). Hemat Adalah sebuah slogan Hidup Bsok Menjadi Aman Tentram.
Pada hari-hari Sabtu dan Minggu kolompok masyarakat ekonomi lemah sebagai subyek program ini dapat mengaktualisasikan seluruh potensi terpendam
sebagai mahluk sosial dalam bangunan-bangunan interaksi yang bermuara pada solidaritas nasional. Juga mendorong terciptanya pola hidup produktif, maju, dan kreatif.

Berita Rekomendasi

Karena itu, ini dapat ditumbuhkembangkan dalam sebuah kampanye SAGU HEMAT, antara lain :

1) Kampanye SAGU Hemat (Sabtu Minggu Hemat) untuk membudayakan budaya hemat pada sasaran khusus yaitu kelompok masyarakat yang tergolong "maijinal" (ekonomi lemah) dan turunannya, melalui penyuluhan efektif ekonomi rumah tangga yang sesuai kemampuan (potency) dan pendapatan (income), sehingga mereka dapat memimpikan masa depan yang lebih baik serta kreatif dalam mengelola penghidupan. Untuk sub-program ini pakar yang ahli di bidangnya akan dilibatkan.

2) Simulasi Penatalaksanaan Budaya Hemat, dalam rupa program hemat Listrik, Air, Gas, dan Sumber potensi ekonomi lainnya; dimana dalam sub¬program ini melibatkan stake-holder yang ada seperti PLN, PAM Jaya, PGN, dll. Kampanyenya melalui stiker, pamphlet, atau film-documenter. Selain itu ada Sarasehan Pencegahan Kebakaran melalui pengecekan instalasi kabel listri secara berkala oleh PLN pada pemukiman- pemikiman rawan kebakaran dan masyarakat pada umumnya. Dalam sub-program ini aparat kelurahan dan potensi swadaya masyarakat lainnya mengambil peran yang tak kecil.

3) A. Pelaksanaan Program M.A.W.A.R (Menabung Aktivitas Wajib Andalan Pelajar). Program ini adalah program pelibatan aktif para pelajar dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, utamanya dalam membangun celah-celah solutif dan alternatif
memprakarsai kewirausahaan dan cikal bakal koperasi. Pelibatan pelajara dalam integrasi gagasan ini atas pertimbangan bahwa Pelajar adalah komponen strategis mendukung Sagu Hemat. Para pelajar dilibatkan pada padagogi kegemaran menabung, yakni mereka didorong untuk menabung dari hari Senin-Jumat. Ketika hari Sabtunya mereka diajak berintegrasi langsung dalam gagasan Sagu Hemat ini dengan cara mereka terlibat dalam kegiatan menabung dan kreativitas ekonomi yang didapatkan dari kegiatan itu.

B. Pelaksanaan Program M.A.W.A.R (Menabung Aktivitas Wajib Andalan Remaja).

Program ini hampir sama dengan yang berlaku pada para pelajar. Para warga masyarakat usia remaja diajak ikut serta dalam membangun celah-celah solutif dan kreatif dalam memprakarsai permodalan kecil, menabung dan kewirausahaan lainnya. Pelibatan warga masyarakat usia remaja ini mengingaal usia potensial-produktif dimulai dan beijejak dari langkah-langkha mereka. Dari tonggak usia mereka integrasi ekonomi-produksi dimulai. Ini menjadi pertimbangan bahwa generasi remaja adalah komponen strategis mendukung Sagu Hemat. Sama seperti pelajar, mereka dilibatkan dalam padagogi kegemaran menabung. Kelak mereka didorong untuk menabung dari hari Senin sampai Minggu. Pada hari Sabtu dan Minggu mereka diajak berintegrasi langsung dalam gagasan Sagu Hemat ini dengan cara mereka terlibat dalam kegiatan menabung dan kreativitas ekonomi yang dapat mereka kembangkan menurut keahlian masing- masing.

4) Peluncuran Program M.E.L.A.T.I (Masyarakat Ekonomi Lemah Aktif Tingkatkan Income) melalui penyuluhan tentang hidup hemat, produktif dan kreatif; serta kampanye sepanjang tahun Gerakan Menabung, dengan penyediaan loket khusus menabung pada Hari-hari Sabtu dan Minggu di kantor-kantor kelurahan. Program ini bisa bekeija sama dengan Bank Indonesia atau perbankan pada umumnya, lembaga keuangan mikro, Koperasi simpan pinjam, atau kelompok arisan-arisan M.E.L.A.T.I (Masyarakat Ekonomi Lemah Aktif Tingkatkan Income), juga stake-holder yang ada seperti Pemprov, OKP, Organisasi Masyarakat (Ormasy), PKK, dll. Caranya dengan stimulan- stimulan seperti hadiah, bunga menarik, dll. Agar meningkatkan partisipan menabur»,g kelompok masyarakat ekonomi lemah.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas