Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Rusia Akan Bangun Smelter di Sulawesi Tenggara
"Nilai investasi diperkirakan US$ 100 juta dan direncanakan mulai dilaksanakan pada tahun 2017," ujar Valery Krasnov.
Editor: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM - Setelah bertemu Rosatom, Delegasi Komisi VII DPR melakukan kunjungan kerja ke Rusia 11 - 14 November 2015 ini berkunjung ke kantor Vi-Holding dan diterima Chairman of the Board V-Holding, Valery N Krasnov dan Kepala Kantor Perwakilan Vi Holding di Jakarta Alexander Popov.
Dalam sambutannya Valery Krasnov menjelaskan aktivitas V-Holding di bidang penambangan nikel di Indonesia.
Terkait larangan ekspor mineral mentah oleh pemerintah, Vi-Holding siap mendukung program tersebut dan akan membangun smelter pengolahan biji nikel di Sulawesi Tenggara berkapasitas 15 ribu ton/tahun menggunakan teknologi Rusia yang efektif dan hemat listrik.
"Rencana (investasi) ini telah kami sampaikan kepada Bapak Presiden RI, sejumlah Menteri, dan Kepala Daerah."
"Nilai investasi diperkirakan US$ 100 juta dan direncanakan mulai dilaksanakan pada tahun 2017," ujar Valery Krasnov.
Dia berharap ada pelayanan satu pintu untuk memudahkan kelancaran bagi investor asing.
"Untuk kelancarannya, kami berharap adanya kemudahan dan pelayanan satu pintu bagi investor asing serta perlindungan paten teknologi Rusia yang digunakan di proyek ini," paparnya.
Adapun Ketua Delegasi Komisi VII Tamsil Linrung berjanji menindaklanjutkan harapan direksi Vi-Holding kepada pihak-pihak terkait di Indonesia.
Dia mengapresiasi rencana investasi dan dukungan Vi-Holding dalam pengembangan industri pertambangan di Indonesia.
Sementara itu, dalam pertemuan di perusahaan alumunium terbesar di dunia, RusAl, delegasi Komisi VII DPR diterima Direktur Utama, Oleg Mukhamedshin beserta jajaran.
Oleg menjelaskan bahwadari berbagai proyek RusAl di Amerika Latin, Australia, Eropa dan Asia, selama 2014 RusAl memproduksi 3,6 juta ton aluminium.
RusAl juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan utama investasi.
Kerjasama RusAl dengan Indonesia telah berlangsung sekitar 10 tahun dengan BUMN Inalum dalam bentuk penambangan bauksit dan pengolahan menjadi alumina dan produk aluminium khususnya.
"Meski kini terdapat pembatasan ekspor bahan mentah, kami tetap antusias bekerjasama dengan Indonesia dalam pengolahan mineral menjadi produk aluminium," ujar Oleg.(Tribunners/Ahmadfaisal Tahir)