Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Pantai Ngobaran Saksi Kisah Getir Prabu Brawijaya V

keindahan paronama Gunungkidul tak hanya kedua pantai tersebut. Adapula Pantai Pantai Ngobaran yang tak kalah cantik.

zoom-in Pantai Ngobaran Saksi Kisah Getir Prabu Brawijaya V
Tribun Jogja/Devi Ariyani
Satu sudut di Pantai Ngobaran Gunung Kidul yang bernuansa Bali. 

Ditulis oleh : Shendy Amalia

TRIBUNNERS - Buat kamu yang memiliki hobi jalan-jalan, harus mengunjungi Gunung Kidul, karena salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki sejuta keindahan alam. 

Sejumlah destinasi pariwisata di Gunungkidul saat ini sudah mulai populer di telinga masyarakat Indonesia. Sebut saja Pantai Sundak dan Pantai Indrayanti.

Namun keindahan paronama Gunungkidul tak hanya kedua pantai tersebut. Adapula Pantai Pantai Ngobaran yang tak kalah cantik.

Pantai itu terletak di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kata ngobaran sendiri berasal dari kata kobong atau kobaran yang artinya kebakaran atau terbakar.

Konon dahulukala Prabu Brawijaya V membakar dirinya dipantai ini.

BERITA REKOMENDASI

Menurut cerita masyarakat setempat, Prabu Brawijaya V merupakan keturunan terakhir kerajaan Majapahit. Prabu Brawijaya V melarikan diri dari istana bersama 2 orang istrinya yaitu Bondang Surati (istri pertama) dan Dewi Lowati (istri kedua) karena enggan di-Islamkan oleh puteranya Raden Fatah, raja Demak I.

Pelarian tersebut berakhir di pantai Ngobaran Gunung Kidul dan menemui jalan buntu.

Akhirnya raja tersebut memutuskan untuk membakar diri dan sebelumnya bertanya kepada kedua istrinya, siapa yang lebih mencintainya.

Istrinya yang kedua Dewi Lowati menjawab, "cinta saya kepada tuan sebesar gunung.”

Sementara istrinya yang pertama, Bondan Surati menjawab, “cinta saya kepada tuan sama seperti kuku ireng, bila setiap di potong pasti akan tumbuh kembali, jika cinta itu hilang maka cinta itu akan tembuh kembali."


Mendengar jawaban kedua istrinya tersebut, sang Prabu langsung menarik tangan Dewi Lowati lalu mencebut ke dalam api yang membara.

Hingga akhirnya keduanya tewas terbakar.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas