Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menpora Siapkan Program Antiradikalisasi
Menpora sudah menyiapkan paket program penanggulangan aksi kekerasan, radikalisme dan terorisme untuk kalangan pemuda.
Ditulis oleh : Info Kemenpora
TRIBUNNERS - Maraknya aksi radikalisme dan terorisme yang melibatkan anak-anak muda mengundang keprihatinan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi.
Untuk mengatasi hal itu, Menpora sudah menyiapkan paket program penanggulangan aksi kekerasan, radikalisme dan terorisme untuk kalangan pemuda.
Paket program yang dimaksud antara lain, sekolah pemuda untuk toleransi umat beragama, pembentukan gugus tugas pemuda relawan rawan sosial, dialog kepemudaan lintas agama, desiminasi empat konsensus dasar pemuda dan pemuda bela negara.
"Paket program ini sudah kita anggarkan di APBN TA 2016, dan mulai direalisasikan pertengahan Februari nanti," ujar Menpora
Menurut Imam, program antiradikalisme pemuda ini akan menyasar para pemuda di daerah-daerah rawan konflik di sejumlah wilayah di Indonesia.
Juga di kampus-kampus, pesantren dan organisasi kepemudaan.
Menpora menjelaskan, untuk mempermudah dan mempercepat pelaksanaan program ini, pihaknya akan menggandeng sejumlah ormas keagamaan seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
"Tahun lalu Kemenpora sudah MoU dengan PBNU, salah satunya untuk memperkuat soal isu ini," tambah Cak Imam, panggilan akrab Menpora.
Menurutnya, akar dari masalah radikalisme khususnya di kalangan pemuda, salah satuanya disebabkan karena faktor pemahaman keagamaan yang dangkal dan sempit.
Tidak sedikit kalangan pemuda yang memiliki minat tinggi untuk belajar agama tapi salah memilih tempat belajar.
Mereka bertemu dengan ustaz-ustaz tertentu yang doktrin agamanya selalu diarahkan dan dipilih untuk menebar fitnah dan kebencian.
"Ayat-Ayat yang diajarkan dipilih yang mengajak perang semua, sementara ayat-ayat Rahmatan lil alamin, yang mengajarkan toleransi, perdamaian, keberagamaan disembunyikan," kata menteri asal Bangkalan, Madura ini.
Agar para pemuda tidak tersesat dalam memahami Islam, ia menyarankan untuk belajar agama ke pesantren atau lembaga pendidikan ke-Islaman yang sudah memiliki akar sejarah nusantara cukup lama.
"Pesantren-pesantren NU dan sekolah-sekolah Muhammadiyah saya kira clear soal pemahaman radikalisme," tuturnya.