Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Kapolri Sarankan Rehabilitasi Teroris Dilakukan Pesantren

Kapolri, Jenderal Polisi Badridin Haiti, menilai proses rehabilitasi teroris dapat dilakukan di dalam pesantren.

zoom-in Kapolri Sarankan Rehabilitasi Teroris Dilakukan Pesantren
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti menunjukkan barang bukti pistol yang digunakan pada teror Thamrin di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (22/1/2016). Sebanyak 9 pucuk senjata jenis pistol pabrikan yang diperoleh dari 6 tersangka bom Thamrin diamankan pihak Polri yang merupakan hasil dari beberapa pengembangan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Ditulis oleh : Septika Wahyu Diananda

TRIBUNNERS - Kapolri, Jenderal Polisi Badridin Haiti, menilai proses rehabilitasi teroris dapat dilakukan di dalam pesantren.

Oleh karena itu ia berharap para tokoh agama seperti ustadz, kiai, pimpinan pesantren, menyampaikan pemahaman agama yang benar.

"Pemikiran-pemikiran teroris berkembang terjadi bukan di dalam kurikulum pesantren, karena kurikulum pesantren justru mecounter pemikiran-pemikiran radikal. Pemikiran teroris berkembang melainkan melalui diskusi-diskusi komunitas dan kegiatan publik seperti pengajian," ujarnya dalam Silaturahmi Nasional (Silatnas) Kiai Pondok Pesantren Alumni Gontor di Hotel Siti, Tanggerang Banten, Sabtu (23/01/2016).

Menurutnya pesantren selama ini telah melakukan hal yang benar.

Namun masih ada di kalangan masyarakat termasuk alumni pesantren yang tidak memahami agama secara mendalam, dan memiliki pemikiran radikalisme.

Malangnya lagi, pemikiran tersebut dibagikan seacara masif kepada masyarakat. 

Berita Rekomendasi

"Banyak organisasi radikal yang melakukan aksi teroris di Indonesia seperti Tauhid Waljihad Indonesia, Mujahidin Indonesia Timur, Mujahidin Indonesia Barat," ujarnya.

Dikatakan, pemikiran radikal tidak mampu ditangani hanya dengan penegakan hukum, melainkan harus dengan pendekatan diskusi secara mendalam atau bimbingan konseling.

Hal tersebut menurutnya tidak bisa dilakukan oleh polisi, namun para tokoh agama seperti ulama dan pimpinan pesantren.

Hadir dalam Silatnas yang berlangsung dari Jumat sampai Minggu (22 – 24 Januari) 2016, ada sekitar 350 Kiai dan Pimpinan Pesantren alumni Gontor.

Silatnas juga dalam rangka kesyukuran 90 tahun (1926-2016) yang didirikan KH. Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fananie, dan KH Imam Zarkasy yang kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.

Gontor saat ini memiliki 20 pesantren yang tersebar di Indonesia, 13 kampus pondok putra dan 7 kampus pondok putri.

Pondok Modern Darussalam Gontor yang saat ini berdiri di Jawa, Sumatera dan Sulawesi dengan jumlah guru dan santri sekitar 25.405 orang, serta mengelola Universitas Darussalam Gontor (UNIDA), dengan jumlah mahasiswa sekitar 2.684 orang.

Selain itu, hingga saat ini 283 pesantren telah terdaftar sebagai Pesantren Alumni Gontor, yaitu pesantren yang dikelola para alumni Gontor, dan beberapa pesantren masih dalam tahap pendataan atau belum mendaftar.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas