Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Blog Tribunners

Cara Aman Mengkonsumsi Singkong

Sianida adalah zat yang sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia.

Penulis: Kathan Ruth Inessa

TRIBUNNERS - Sianida adalah zat yang sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia. 

Wujud sianida pun beragam, ada yang berwujud gas, padat, maupun cair. Zat sianida yang tertelan manusia akan menyebabkan rusaknya organ jantung dan otak, sehingga dapat menyebabkan kematian dalam hitungan menit.

Zat sianida yang berbahaya ini juga terdapat pada singkong.

Singkong merupakan sejenis umbi–umbian yang masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia saat ini.

Sianida yang dijumpai pada singkong berbentuk senyawa linamarin.

Keracunan HCN dalam singkong kerap menjadi penyebab kasus kematian ternak yang diberi pakan kulit singkong.

Keracunan HCN dalam singkong akan menyebabkan terganggunya sistem pengangkutan O2 ke jaringan dengan jalan mengikat enzim sittokrom oksidase.

Berita Rekomendasi

Akibatnya oksigen tidak dapat dipergunakan oleh jaringan tubuh dan akan tetap tinggal dalam pembuluh darah vena.

Kekurangan oksigen untuk organ – organ tertentu akan membuat kerja organ tersebut terganggu, terutama pada jaringan otak.

Kerusakan jaringan otak ini dapat menyebabkan depresi, kejang oleh hipoksia hingga kematian akibat kegagalan pernafasan.

Kematian akibat zat sianida ini terjadi secara cepat, terutama apabila zat sianida dengan kadar cukup tinggi tertelan dalam keadaan lambung kosong.

Asam sianida dalam bentuk cair dapat diserap oleh kulit dan mukosa, sedangkan garam sianida hanya berbahaya bila termakan.

Dosis mematikan dari sianida berkisar 60 - 90 mg.

Keracunan zat sianida di dalam singkong dapat diketahui dengan gejala seperti rasa mual, diare, sesak nafas, perasaan pusing, shock, kesadaran menurun, hingga koma.

Penderita yang mengalami gejala tersebut harus segera dibawa kerumah sakit, namun apabila makanan diperkirakan masih ada didalam lambung (kurang dari 4 jam setelah makan singkong), dapat dilakukan pencucian lambung dengan membuat penderita muntah.

Penderita yang sudah cukup kritis akan mendapatkan suntikan natrium tiosulfat yang mengandung sulfur dimana bertujuan untuk mempercepat kerja enzim rodanase (transulfurase) yang terdapat dalam hati.

Enzim ini dapat mengubah zat sianida menjadi ion tiosianat yang relatif kurang toksik.

Jadi, apakah kita tidak boleh mengonsumsi singkong lagi? Tentu saja boleh. Kadar sianida yang terdapat pada singkong berbeda – beda tergantung dari jenis singkongnya.

Kadar sianida ini juga dapat diminimalisir mulai dari saat pengolahan hingga saat singkong tersebut dimakan.

Pencegahan keracunan zat sianida dalam singkong dapat dilakukan dengan merendam singkong yang akan dimasak didalam air untuk waktu yang cukup lama (satu malam sebelum dimasak).

Perendaman dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar HCN di dalam singkong, karena HCN bersifat larut dalam air.

Nah, dengan mengetahui cara pengolahan yang benar, Anda tidak perlu takut apabila ingin mengonsumsi singkong kembali. Sianida dalam singkong? Siapa takut!

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas