Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Seekor Badak Sumatera Berhasil Diselamatkan Dari Perangkap
Seekor badak Sumatera (dicerorhinus Sumatrensis) berhasil ditemukan dalam lubang perangkap, Sabtu, (12/3/2016).
Ditulis oleh : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
TRIBUNNERS - Seekor badak Sumatera (dicerorhinus Sumatrensis) berhasil ditemukan dalam lubang perangkap, Sabtu, (12/3/2016).
Dalam kurun waktu lima dekade terakhir, ini adalah kali pertama badak Sumatera dapat diamati secara langsung di habitatnya di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Badak yang tertangkap ini diketahui berjenis kelamin betina dengan usia sekitar 4 – 5 tahun.
Individu badak inipernah teridentifikasi kamera jebak yang dipasang tim survei badak WWF Indonesia pada bulan Oktober 2015 .
Setelah diketahui keberadaan badak di lubang perangkap, tim segera membangun kandang sementara (boma), dimana badak dapat tinggal di dalamnya selama paling lama dua bulan.
Sejak Senin (14/3/2016), badak yang tertangkap sudah berada di dalam boma yang memiliki luasan sekitar 50m2.
Sampai saat ini teridentifikasi melalui kamera jebak dan jejak tapak setidaknya terdapat 15 individu badak Sumatera di tiga kantong populasi di wilayah Kabupaten Kutai Barat.
Menurut drh Dedi Candra, dari Taman Nasional Way Kambas, yang sedang berada di lokasi saat badak ditemukan dalam pit trap, kondisi kesehatan badak yang ditemukan dinyatakan mulai dapat menyesuaikan diri dan jerat tali nylon di kaki kiri belakang sudah berhasil dilepaskan seluruhnya.
Sejak Desember 2015, Tim Penyelamatan Badak Sumatera di Kabupaten Kutai Barat, yang dibentuk Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), telah bekerja untuk menyiapkan rencana translokasi badak di Kutai Barat.
"Kami mengapresiasi kerja Ttim yang telah berhasil menangkap salah satu badak di Kabupaten Kutai Barat. Ini adalah langkah yang memberi harapan dalam upaya kita menyelamatkan populasi badak Sumatera di Kalimantan dan lebih jauh lagi menunjukkan komitmen Indonesia dalam upaya konservasi Tumbuhan dan Satwa Langka (TSL)," ujar Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dalam Konferensi Pers di Manggala Wanabakti, Senin (21/3/2016).
Bupati Kutai Barat, Ismail Thomas, dalam kesempatan terpisah menyampaikan keberadaan badak di wilayahnya menjadi kebanggaan masyarakat Kutai Barat.
Ia sangat berharap,populasi badak yang diketahui sudah langka ini di Kalimantan bisa dijaga keberadaannya.
"Pemerintah kabupaten beserta seluruh elemen masyarakat siap mendukung upaya penyelamatan badak yang sejatinya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat.”
Saat ini KLHK bersama mitra di dalam tim penyelamatan badak Sumatera di Kabupaten KutaiBarat sedang menyiapkan tempat yang akan dijadikan sebagai suaka badak Sumatera di Kalimantan di dalam kawasan hutan lindung Kelian.
Kawasan lindung ini disahkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2012 berdasarkan usulan Bupati Kutai Barat pada tahun 2008.
Dr Efransjah, CEO WWF Indonesia mengatakan, “Kita memiliki peluang besar untuk mempertahankan populasi Badak Sumatera di Kalimantan. Sangatlah penting menyediakan mereka rumah yang aman, karena sebagian populasi yang sudah teridentifikasi berada pada daerah yang rawan.”
Sementara itu Widodo Ramono, Direktur Eksekutif YABI, menegaskan pentingnya badak Sumatera di Kalimantan memiliki suaka yang dikelola serupa dengan Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di TN Way Kambas.
“Penempatan Badak Sumatera di dalam suaka akan memungkinkan pengamanan dan pengawasan yang ketat bagi populasi yang ada. Apabila populasi memadai, maka pembangunan suaka ini akan sangat bermanfaat untuk mendukung program perkembangbiakan dalam rangka menuju angka populasi yang layak untuk kelangsungan Badak Sumatera di Kalimantan, bagaimanapun juga pengelolaan badak sumatera yang populasinya sangat sedikit memerlukan pendekatan pengelolaan metapopulasi," katanya.