Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Dapur Hidup Bikin Dapur Makin Ngebul
Desa Gemilang yang berjumlah 35 desa di 11 provinsi di seluruh Indonesia telah menerapkan program dapur hidup yang didampingi langsung oleh seorang D
Ditulis oleh : Ridhuan Habibie
TRIBUNNERS - Desa gemilang yang berjumlah 35 desa di 11 provinsi di seluruh Indonesia telah menerapkan program dapur hidup yang didampingi langsung oleh seorang Dasamas. Program ini mewajibkan para anggotanya untuk menanam beragam jenis sayuran dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai media tanam.
Tujuannya ialah untuk mengurangi angka belanja dan mencukupi nutrisi keluarga.
Dengan berjalannya program dapur hidup ini, warga tak perlu repot-repot ke pasar bila ingin memasak sayur seperti terong dan timun.
Semuanya tersedia di halaman rumah mereka, termasuk tidak perlu pusing saat harga cabai naik karena cabe juga tersedia di depan rumah.
Sumardi (57 th) salah satu warga Desa Gemilang di Dusun Baran dan Mundu, Desa Puloharjo, Eromoko, Wonogiri, Jawa Tengah yang rajin merawat Dapur Hidupnya.
Berkat keuletannya merawat tanaman sayur, dia menggagas program tabungan gemah ripah di Baran-Mundu.
Ide ini muncul setelah masyarakat gemar membuat dapur hidup di rumah mereka yang didorong oleh LAZ Al Azhar dalam rangka memasyarakatkan program penurunan angka belanja keluarga di kampungnya.
Kini melalui tabungan gemah ripah banyak warga yang rajin menanam sayur dan menyetorkannya ke pengurus saung ilmu.
Dari hasil tabungannya ini warga bisa membiayai pendidikan anak-anak mereka bahkan untuk tabungan di masa depan.
Sumardi juga memiliki seorang anak yang menjadi pengusaha mie ayam di Kota Wonogiri.
Anak satu satunya ini tak ketinggalan mendapat berkah dari dapur hidup. Ternyata banyak pelanggan mie ayam anaknya yang suka dengan sambal dari cabe Dapur Hidup ketimbang cabe beli di pasar.
“Katanya rasa sambal dari cabai pekarangan rumah bapak itu lebih pedas dari cabai pasar. Padahal cabai ini gratis, kalau di pasar harus bayar,” canda Sumardi.
Ia juga bercerita kalau setiap seminggu sekali anaknya pulang ke rumah. Selain untuk silaturrahmi ke orang tuanya dia juga ingin memetik cabai dari pekarangan rumah orang tuanya.
"Alhamdulillah sejak berjalan program dapur hidup, banyak warga yang terbantu. Angka belanja berkurang, penghasilan juga bertambah lewat tabungan gemah ripah. Jadi dapur kami bisa terus ngebul,” ucap Sumardi.