Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Syarat Jalur Perseorangan Naik Selamat Tinggal Demokrasi Deliberatif

Usul pengetatan syarat calon perseorangan dalam pilkada mengemuka dari sejumlah legislator DPR dalam rangka revisi UU tentang Pilkada.

zoom-in Syarat Jalur Perseorangan Naik Selamat Tinggal Demokrasi Deliberatif
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Gubernur DKI Jakarta Basuki Basuki Tjahaja Purnama saat menghadiri acara pelantikan pengurus DPW, DPD, DPC, dan DPRD Partai Nasdem DKI Jakarta di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (20/3/2016). Partai Nasdem merupakan partai politik pertama yang menyatakan mendukung Ahok sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017 meskipun Ahok menyatakan akan manu dari jalur independen. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Ditulis oleh : Heryadi Silvianto

TRIBUNNERS - Usul pengetatan syarat calon perseorangan dalam pilkada mengemuka dari sejumlah legislator DPR dalam rangka revisi UU tentang Pilkada.

Angka yang sempat muncul syarat perseorangan naik menjadi 15-20 persen dari jumlah pemilih, dengan alasan menyamakan dengan syarat dukungan calon dari partai politik.

Wakil Ketua DPD RI Farouk Muhammad menilai usul tersebut tidak tepat dan tidak sejalan dengan semangat hadirnya calon perseorangan, yakni sebagai upaya untuk mengahadirkan demokrasi yang lebih deliberatif dalam tahap pencalonan kepala daerah.

"Jalur calon perseorangan dilegitimasi secara konstitusional untuk memberi ruang bagi putra daerah yang mungkin tidak ingin mencalonkan atau terkendala pencalonannya lewat partai politik. Semangatnya selain sebagai pemenuhan hak konstitusional setiap warga untuk dipilih, agar rakyat punya lebih banyak alternatif pilihan calon kepala daerah yang berkualitas," kata Farouk.

Pengetatan syarat yang demikian tinggi menyebabkan hilangnya ruh konstitusionalitas calon perseorangan.

Apalagi, lanjut mantan Anggota Panja RUU Pilkada DPD ini, persyaratan bagi calon perseorangan sudah pernah dinaikkan rerata 3 persen pada revisi UU pilkada terakhir menjadi 6,5-10 persen dari jumlah pemilih (sesuai kluster jumlah penduduk daerah yang bersangkutan).

Berita Rekomendasi

Kalau alasannya untuk meningkatkan derajat legitimasi perseorangan, Farouk menilai regulasi saat ini sudah cukup berat, apalagi legitimasi sesungguhnya sebenarnya ada pada rakyat sebagai pemilih.

"Kalau sekarang dinaikkan lagi, apalagi dengan persentase demikian tinggi, sangat kuat kesan ada upaya sistematis untuk menghabisi calon perseorangan lewat undang-undang," kata Farouk.

Dengan syarat sekarang saja, lanjut Senator asal NTB ini, sangat berat bagi calon perseorangan memenuhinya sehingga diprediksi ke depan akan semakin berkurang minat pencalonan melalui jalur perseorangan.

Semakin beratnya syarat dukungan ini juga diperkuat dengan data hasil verifikasi Komisi Pemilihan Umum terhadap bakal pasangan calon perseorangan yang maju dalam pilkada serentak Desember 2015 yang lalu.

Dalam catatan Perludem, dari 250 pasangan calon perseorangan yang mendaftar, 80 pasangan tidak memenuhi syarat. Dari jumlah yang tak lolos itu, 64 pasangan (80 persen) tidak lolos karena kekurangan syarat minimal dukungan.

"Tentu saja semakin beratnya syarat minimal dukungan yang harus dipenuhi calon dari jalur perseorangan kian mempersempit orang untuk maju melalui jalur ini. Dengan begitu, panggung kontestasi pilkada, terutama pada tahap pencalonan, bakal didominasi peran parpol. Atau bahkan, jika pendaftar parpol juga minim akan menyebabkan hanya ada calon tunggal seperti yang terjadi di beberapa daerah pada pilkada serentak yang lalu," pungkas Farouk.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas