Tribunners
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Peran Orangtua Membentuk Karakter Anak
Pendidikan merupakan salah satu hal terbesar yang diutamakan orangtua untuk anaknya. Kesadaran akan pendidikan berkualitas sejak dini semakin tinggi.
Penulis: Rina Perangin Angin
Ditulis oleh : Sabarina Perangin-Angin, Citizen Journalist
TRIBUNNERS - Pendidikan merupakan salah satu hal terbesar yang diutamakan orangtua untuk anaknya. Kesadaran akan pendidikan berkualitas sejak dini semakin tinggi.
Ditambah lagi memasuki MEA( Masyarakat Ekonomi Asean) dimana persaingan antara satu dengan lain akan semakin sengit.
Untuk itulah, dalam mencetak generasi yang berkualitas baik dari segi ilmu maupun karakter dibutuhkan peran orangtua menjadi tonggaknya.
Sudah menjadi kewajiban orangtua untuk menciptakan lingkungan kondusif agar mampu meamncing potensi anak, kecerdasan dan rasa percaya diri.
Tidak lupa bahwa orangtua harus memahami minat dan bakat si buah hati. Sebab bila dipaksakan pada sesuatu yang tidak diminatinya maka si anak bukannya berkembang tapi malah tertekan.
Tapi sebaliknya, bila diarahkan pada minat dan bakat yang sesuai, maka anak akan lebih mudah dalam berkembang.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam memberi pendidikan kepada anak baik formal maupun non formal, baik pendidikan untuk menunjang kecerdasan maupun membentuk karakter.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam memberi pendidikan kepada anak baik formal maupun non formal, baik pendidikan untuk menunjang kecerdasan maupun membentuk karakter.
Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa di dunia ini sangat banyak orang yang cerdas, yang intelegentnya memenuhi tetapi akhirnya mereka berakhir di sel penjara.
Kenapa? Karena pendidikan karakternya yang kurang sekilas kita lihat bagaimana pendidikan yang berjalan di Indonesia.
Dengan beban mata pelajaran yang bahkah mencapai 16 pelajaran atau 22 SKS untuk jenjang kuliahnya.
Dan bila ditelusuri lebih jauh, pelajaran-pelajaran yang ditetapkan kurikulum sebagian besarnya hanya untuk mengisi kecerdasan otak saja.
Sedangkan pendidikan karakter hanya satu atau dua jam sementara di bangku kuliah bahkan hanya ada sekitar enam SKS untuk pendidikan karakter selama 4 tahun.
Pertanyaan yang mungkin muncul, mungkinkah terbentuk karakter yang baik, jujur, amanah, jika pendidikan karakter masih sangat minim?
Untuk menjawabnya kita bisa survei langsung. Lihatlah bagaimana seseorang yang lulusan dari sekolah berkualitas, PTN favorit tapi ketika menjadi pejabat atau bos diperusahaan seringkali tersandung kasus korupsi.
Lihat pula bagaimana tingkah laku siswa atau mahasiswa pada guru-guru mereka yang semakin hari semakin jauh dari kata sopan. Kenapa bisa terjadi? Sekali lagi, ini terjadi karena kurikulum yang tidak sesuai.
Dan satu hal yang tak kalah penting bahwa sekolah-sekolah selama ini hanya mementingkan hasil tanpa melihat proses. Apapun cara tidak penting yang penting nilai ujian tinggi, yang penting kelulusan 100%, yang penting bisa mencapai IPK 4.
Dengan kata lain, apakah si siswa menyontek saat ujian, atau mengopek saat UN, atau plagiat saat skripsi tidaklah penting. Walaupun ada beberapa peraturan yang melarang kecurangan terebut, nyatanya tidak terealisasi dalam kehidupan sehari-hari. Jika sudah begini, wajar saja bila akhirnya produk yang dihasilkan cerdas otaknya tetapi minim karakternya.
Berangkat dari permasalahan di atas, maka peran orangtua dalam pembentukan karakter anak menjadi sedemikian penting.
Adapun hal penting yang harus ditanamkan dalam pembentukan kepribadian anak yaitu, mengenalkan Tuhan.
Ini langkah pertama yang paling penting. Anak sedari kecil harus dikenalkan dengan Tuhan.
Ini langkah pertama yang paling penting. Anak sedari kecil harus dikenalkan dengan Tuhan.
Juga diajarkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan Tuhan. Tuhanlah yang berkuasa sedangkan kita sebagai manusia sangat kecil di hadapan-Nya.
Dengan begitu si anak akan sadar bahwa dia sangat kecil di hadapanNya sehingga si anak nantinya tak menjadi sombong.
Mengajarkan kejujuran
Pada dasarnya, kejujuran tidaklah muncul sendiri dalam diri seseorang. Tapi harus ada yang sedari kecil menanamkannya. Dalam hal ini, orangtua memiliki peranan terbesar.
Sebab, anak tumbuh dan besar pada orangtuanya. Dengan member contoh sikap jujur , dengan sendirinya si anak akan melakukan hal yang sama.
Mengajarkan keberanian
Dalam hal ini, anak harus dibiasakan untuk bersikap berani. Tapi dengan catatan, berani ketika benar.
Tunjukkan juga beberapa perjuangan yang membutuhkan keberania seperti dengan menontoh film penjajahan jaman dulu sehingga si anak tau bahwa untuk meraih sesuatu diperlukan keberania yang besar.
Mengajarkan kesederhanaan
Kesederhanaan menjadi penting sebab dari kesederhanaan inilah yang menumbuhkan rasa cukup. Jika kita belajar dari para koruptor, mereka kaya, pintar, tapi kenapa tetap korupsi? Sebab tak ada rasa cukup di hatinya.
Itu kenapa, mengajarkan kesederhanaan ini demikian penting agar anak tumbuh menjadi anak yang selalu merasa cukup dengan segala yang dimilikinya.
Tanggung jawab
Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah melaksanakn tugas sebaik-sebaiknya. Cara menanamkannya mungkin dengan memberikan beberapa tugas pada si anak. Dan ingat bahwa yang terpenting bukan hasil dari tugas tersebut tapi bagaimana si anak menjalani prosesnya hingga membuatnya bertanggung jawab pada tugas tersebut.
Selain beberpa point yang telah dijabarkan di atas, yang tak kalah penting adalah senantiasa mengontrol aktivitas anak baik di rumah maupun di sekolah, mengarahkan anak pada minta dan bakatnya.
Melihat dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak sehingga anak tidak akan tertekan dalam menjalani pendidikan yang sedang dia tempuh. Jangan sesekali memaksaka anak untuk mengambil jurusan yang sama sekali tidak diminatinya sebab hanya akan menimbulkan rasa tertekan, bahkan untuk beberapa anak sampai mengalami depresi.
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com