Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Di Balik Kemenangan Setya Novanto
Banyak yang mencibir atas terpilihnya Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar dalam Munaslub yang digelar beberapa waktu lalu.
Maka tak berlebihan jika kemudian menyandingkan Setya Novanto sejajar dengan Akbar Tandjung, mantan Ketua Umum Partai Golkar yang sudah lebih dahulu dikenal licin bak belut dan yang berhasil membawa Partai Golkar keluar dari krisis politik di awal-awal era reformasi dan akhirnya membawa Partai Golkar menjadi terunggul di Pemilu 2004 dengan memperoleh 120 kursi atau 22,44% penguasaan di parlemen.
Para kader Partai Golkar pasti memiliki cita-cita agar Partai Golkar kembali menduduki peringkat teratas dalam perhelatan Pemilu.
Maka tidak ada jalan lain kecuali harus memiliki pemimpin yang ulet dan licin bak belut. Dan harapan tersebut ada dalam diri Setya Novanto yang diharapkan mampu mengatasi krisis merosotnya perolehan kursi dari Pemilu ke Pemilu.
Fenomena Akbar Tandjung pada Pemilu 1999 dan Pemilu 2004, ingin kembali diulang pada Pemilu 2019 yang kali ini di bawah kepemimpinan Setya Novanto.
Mengenai Setya Novanto yang pernah heboh dengan kasus ‘papa minta saham’, ternyata jika diamati secara seksama hampir semua elit politik Indonesia pernah terkait kasus hukum.
Misalnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pernah dikaitkan dengan kasus SKL BLBI, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pernah dikaitkan dengan kasus suap kardus durian, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh pernah dikaitkan dengan kasus suap Bansos Sumatera Utara, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto juga pernah dikaitkan dengan kasus pelanggaran HAM tahun 1998, dan bahkan Presiden Joko Widodo pun namanya pernah dikait-kaitkan dengan kasus impor bus Transjakarta dari China semasa masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Berbagai kasus yang pernah melingkupi para elit tersebut ternyata tidak menghalangi kepemimpinannya dalam partai politik.
Partai Golkar saat ini telah memiliki pemimpin baru dan siap bertarung dalam setiap kompetisi politik baik itu Pilkada 2017, Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.
Selain ketua umum baru, dalam struktur kepengurusan terpampang nama Idrus Marham sebagai Sekretaris Jenderal, juga dikenal sebagai seorang politisi yang sarat dengan pengalaman.
Diyakini duet Setya Novanto dan Idrus Marham akan membawa Partai Golkar mampu meraih kemenangan demi kemenangan dalam setiap rivalitas demokratis.
Partai Golkar di bawah kepemimpinan yang baru siap menebar ancaman bagi parpol-parpol lainnya. Tidak menutup kemungkinan sukses Partai Golkar di Pemilu 2004 akan kembali terulang dalam Pemilu 2019.