Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Blog Tribunners

Penguatan Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak

Seiring dengan udara sejuk pagi hari yang merasuk lembut ke tubuh masyarakat Kota Salatiga terlihat sosok wanita paruh baya menggandeng cucu kedua yan

Penulis: Benny Kurniawan
zoom-in Penguatan Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak
THINKSTOCK.COM
Ilustrasi. 

TRIBUNNERS - Seiring dengan udara sejuk pagi hari yang merasuk lembut ke tubuh masyarakat Kota Salatiga terlihat sosok wanita paruh baya menggandeng cucu kedua yang berjenis kelamin laki-laki berjalan menuju ke yayasan tempat ia bekerja.

Beralaskan sandal jepit dan pakaian sederhana wanita tersebut memantapkan langkah bersama cucunya yang masih berusia lima tahun.

Wanita tersebut bernama Setianingsih berusia 58 tahun, ia bekerja sebagai biro rumah tangga di salah satu yayasan Kota Salatiga.

Setianingsih sudah bekerja selama 16 tahun di Yayasan tersebut, setiap hari ia memulai pekerjaan pukul 06.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB.

Pemandangan tak biasa ketika ia datang bersama cucunya, sembari bekerja ia juga dapat momong cucu karena orangtua cucu tersebut telah sibuk bekerja.

Cucu dari Setianingsih sangat usil, jahil serta seringkali membuat rekan kantor kewalahan dalam menghadapi anak tersebut.

Cucu tersebut bernama Kaka, ia seharusnya sudah bersekolah di Taman Kanak-Kanak (TK) namun karena keinginan Kaka ia berhenti sekolah.

“Kaka kamu ndak sekolah,” tanya rekan kantor, “sekolah malah njaluk bali kok, ya wis sesuk sisan wae pas mlebu SD[” sahut Setianingsih.

Pendidikan memang penting bagi anak terutama usia balita yang masih polos dan cukup ingin tahu terhadap apa saja yang ditemuinya, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perkataan.

Pendidikan mempunyai jenjang yaitu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Kaka seharusnya sudah masuk dalam pendidikan anak usia dini namun karena keinginan untuk tidak bersekolah maka keluarga mempunyai peran dan tanggung jawab dalam pendidikanya.

Setianingsih merupakan orang yang mempunyai temperamen tinggi, keras, dan cenderung kasar. Akibatnya, sifat tersebut menurun kepada Kaka.

Lingkungan keluarga memang sangat berpengaruh kepada tumbuh kembang anak, terkadang ada rekan kantor yang mengajak Kaka berjalan-jalan agar ia lebih tenang dan tidak temperamen seperti neneknya melalui nasehat-nasehat halus yang diberikan rekan kantor.

Anak seusia Kaka mempunyai sifat egois, agresif, bossy, pemalu, dan terkadang suka menyendiri. Hal tersebut wajar asal tidak menganggu tumbuh kembang Kaka.

Kaka sebenarnya sosok anak yang manis dan ganteng tetapi selain ia usil dan menggangu rekan kantor, ia kerap berkata kotor untuk anak seusianya.

Sifat anak merupakan cerminan dari keadaan keluarga, apabila anak sampai berkata kotor bahkan sampai menggangu orang lain maka keluarga tersebut dapat dikatakan gagal dalam mendidik anak.

Cara menyiasati yaitu dengan menasehati secara halus dan perlahan karena sifat anak yang egois dapat menjadi keras kepala apabila dilakukan dengan marah – marah ketika memberitahu bahwa yang dilakukanya tidak benar.

Cara dilakukan harus benar keras lawan keras maka anak akan menjadi keras berbeda jika keras lawan halus maka anak akan mengerti nasehat yang diberikan oleh orang tua.

Hindari pola pendidikan yang menakut-nakuti anak, katakan saja apa yang realistis dilakukan. Ketika anak menangis, sering menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis.

Menakuti anak dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain, dampaknya anak akan tumbuh menjadi seorang penakut.

Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita - cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.

Hindari pola pendidikan anak yang menghambakan barang, anak akan menjadi eksklusif karena asyik dengan barang yang dimilikinya.

Perkembangan sosial anak dengan anak sebaya dan keluarga akan berkurang, keceriaan anak – anak sebaya akan berganti keceriaan kepada barang.

Rumah adalah tempat untuk berteduh yang penuh cinta, ada kehangatan dan keceriaan didalamnya.

Rumah adalah tempat yang tepat untuk berbagi kegembiraan, keluh – kesah, kasih – sayang oleh karena itu rumah harus dimanfaatkan untuk penguatan peran keluarga dalam pendidikan anak.


 
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas