Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Bom Madinah, Begini Kesaksian Warga Indonesia yang Iktikaf di Masjid Nabawi

Menurut Ustaz Fathuddin, jemaah salat Magrib di Masjid Nabawi, Madinah, tetap biasa berbuka lalu melanjutkan salat Isya dan Tarawih.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Bom Madinah, Begini Kesaksian Warga Indonesia yang Iktikaf di Masjid Nabawi
TRIBUNNEWS.COM/Adi Suhendi
Suasana di depan gerbang Masjid Nabawi menjelang waktu salat Magrib. 

Kesaksian Ustaz Fathuddin, Pembina Komunitas Tadabbur Al-Qur'an (KontaQ), dari Madinah

Berita bom yang terjadi di Madinah, Senin (5/7/2016), saat berbuka tersebar secepat kilat ke seluruh penjuru dunia dan menjadi berita terbesar sejagad melebihi apa yang terjadi di Turki beberapa hari lalu.

Banyak pesan singkat masuk dari sahabat di Tanah Air menanyakan kabar kami karena mereka khawatir kami terganggu kenyamanan ibadah atau bisa kena musibah. Semoga Allah melindungi.

Kami yang setiap hari berbuka di dalam Masjid Nabawi atau di pelatarannya dengan jumlah sekitar 2 juta shaimin dan mu'takifin tidak terganggu sama sekali dan bahkan salah seorang sahabat iktikaf sempat mensyuting peristiwa terasebut dan terlihat cukup jauh dari lokasi Masjid Nabawi. Kami hanya melihat kepulan asap seperti ada kebakaran di seberang Baki', makam para Sahabat Rasulullah. Tak ada suara ledakan apapun yang terdengar.

Saking jauh dan tidak mengganggunya peristiwa tersebut, salat Isya dan Tarawih berjalan seperti biasa. Saya sengaja masuk ke dalam Masjid Nabawi sehingga mendekati posisi Raudah. Tak ada seorangpun yang saya temukan berdiskusi masalah bom tersebut, apalagi dalam keadaan bingung.

Sebab itu saya berkesimpulan: jangan-jangan mereka enggak tahu ada peristiwa tersebut karena memang jauh dari areal Masjid Nabawi.

Naluri media dan teori konspirasi saya muncul saat pesan-pesan singkat masuk ke hape via WhatsApp yang isinya mengkhawatirkan atau meverifikasi apakah benar ada bom meledak di Masjid Nabawi.

Berita Rekomendasi

Tentu saya kaget tak kepalang. Saya langsung putuskan untuk salat Tarawih delapan rakaat saja dan segera keluar dari Masjid Nabawi sambil memfoto dan merekam suasana salat Tarawih malam ke-30 di Masjid Rasul yang sangat dicintai umat Islam itu. Saya foto sejak dari dalam sampai keluar masjid dan suasananya sedikitpun tidak berubah dari malam-malam sebelumnya.

Saya buka internet sambil jalan. Ternyata dunia maya sudah heboh sekali. Sampai saya di kamar hotel tempat kami menginap stasiun televisi Al Arabiya, milik Yahudi yang sangat populer beberapa tahun belakangan yang muncul sengaja menyaingi Al Jazeera.

Feeling media dan konspirasi saya benar. Saya melihat pembawa berita live sedang mewancarai Menteri Wakaf Mesir dan beberapa pengamat masalah TimurTengah lainnya via telepon. Semua mereka mengutuk kejadian bom tersebut.

Ada beberapa hal dan fakta yang membuat saya yakin bahwa umat Islam (khususnya sejak kasus World Trade Centre 2001) sedang menghadapi konspirasi tingkat tinggi yang sedang dijalankan oleh kelompok anti-Islam global:

1. Beritanya sangat dibesar-besarkan dan diekspos sedemikian rupa secara serentak oleh seluruh media, termasuk medsos bersamaan dengan peristiwa bom terjadi. Seakan mereka sudah saling tahu atau tukar informasi sebelum kejadian. Begitu juga dengan kejadian-kejadian bom di wilayah lain di seluruh negeri Mulim.

2. Pembawa berita di televisi Al Arabiya dan semua tokoh yang diwawancara langsung dapat memastikan pelakunya, yaitu mereka menamakan kelompok teroris Islam. Padahal penyelidikan dari pihak berwajib di Saudi belum memulai kerjanya.

3. Baik materi berita yang diangkat, redaksi wawancara dan running teks di televesi Al Arabiya sangat provokatif dan terlihat sekali kebohongannya, seperti: Para teroris itu tidak ada agamanya karena mereka berani membom tempat-tempat suci, bahkan di depan pintu Masjid Nabawi. Sebab itu dunia internasional harus bekerjasama menghadapi atau memerangi mereka dan berbagai ungkapan lainnya.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas