Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kota Bogor Paling Dicintai Ketimbang Paris, Tapi Paling Macet di Indonesia
"Memang Bogor masih macet, dan di beberapa ruas tambah macet. Tahun lalu masih di bawah bandung dan denpasar," komentar Bima Arya soal survei Waze.
Editor: Y Gustaman
Oleh: Hariqo Wibawa Satria, Direktur Eksekutif Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi
TRIBUNNERS - Seperti dicubit, begitulah yang dirasakan warga Bogor setelah Waze merilis surveinya pada Jumat (16/09/16). Menurut survei itu, lalu lalu lintas Kota Bogor nomor dua terburuk di dunia setelah Kota Cebu, Filipina.
Di Indonesia, Bogor tidak sendirian, ada delapan kota lagi menyusul di bawahnya. Berikut urutannya: Kota Bogor (Peringkat 185), Denpasar (183), Bandung (182), Surabaya(181), Jakarta (178), Medan (168), Yogyakarta(150), Malang (146), dan Semarang (145).
Bogor dan Denpasar beda tipis, dugaan kuatnya adalah kedua kota ini tujuan wisata, dan kebanyakan pengguna Waze orang luar daerah. Bogor paling disorot karena diperingkat pertama di antara kota lain.
Kemacetan di Kota Bogor, Jawa Barat. TRIBUNNEWSBOGOR.COM/LINGGA ARVIAN NUGROHO
Survei ini seperti menginterupsi kebahagian warga Bogor. Seperti kita tahu pada Juni 2016 lalu Kota Bogor dinobatkan sebagai kota paling dicintai di dunia (Bogor City, winner of the we love cities 2016 and the most loveable city in the world).
Kompetisi ini diadakan organisasi internasional World Wide Fund (WWF) for Nature bekerjasama dengan ICLEI. Sistem kompetisinya dipantau langsung (real time) di internet, media sosial dan di lapangan.
Bogor terpilih setelah mengalahkan 45 kota besar dari 20 negara. Kota Bogor berhak meraih predikat The Most Lovable City atau kota favorit pilihan netizen di ajang kampanye global We Love Cities 2016.
Kesuksesan meraih gelar ini Bogor membuktikan kemampuannya menggalang dukungan publik untuk mewujudkan pembangunan kota berkelanjutan. Lebih jelasnya, mari buka website www.welovecities.org
Atau ketik di google: we love cities 2016, Bogor menjadi kota paling dicintai warganya di dunia, dan ini mengalahkan kota-kota besar di dunia, termasuk kota Paris, Perancis yang konon katanya penuh cinta. Untuk mengabadikan prestasi ini, Pemkot Bogor akan membangun “landmark” atau simbol hati (love), sebagai simbol kecintaan warga terhadap kotanya. Cek di (tribunnewsbogor -https://goo.gl/279maf)
Kembali ke Survei Waze di luar dugaan Wali Kota Bogor merespon positif Survey Waze ini. Bima Arya melarang seluruh jajarannya menyalahkan pihak luar, tetapi harus evaluasi ke dalam untuk bekerja lebih keras lagi. Pesanya di grup WA Pemkot menyebar.
“Survey waze harus kita perhatikan. Bagaimanapun itu ada datanya. Jangan disangkal. Memang Bogor masih macet, dan di beberapa ruas tambah macet. Tahun lalu masih di bawah bandung dan denpasar. Tahun ini lebih buruk. Ini penting untuk kerja lebih keras lagi terutama reformasi angkutan kota”, kata Bima seperti banyak dikutip banyak media.
Bisa jadi Bogor dalam kondisi tertekan. Bagaimana jika 2017, Waze kembali menempatkan Bogor di posisi yang sama? Mungkinkah Bogor bebas macet hanya dalam setahun? Mungkin ini kekhawatiran kita atau cara berpikir kita.
Tapi sepertinya tidak dengan Pemkot dan warga Bogor. Program reformasi angkot dan berbagai tahapan solusi akan terus dijalankan. Kota Bogor punya dua modal besar, yaitu kepemimpinan dan partisipasi. Kepemimpinan salah satu contohnya, keberanian menerapkan sistem satu arah di sekitar Kebun Raya Bogor, ini belum ada pemimpin sebelumnya yang beranimelakukannya.
Kedua adalah partisipasi. Sejak 2014 kota ini telah membangun karakternya lewat kampanye cinta Bogor #BogohKaBogor, dan hasilnya seperti dituliskan di atas Bogor diakui dunia sebagai kota paling dicintai warganya di dunia. Cinta ini melahirkan kerelawanan dan partisipasi.
Merawat Cinta Warga Bogor
Saya pribadi berpendapat, tantangan utama Kota Bogor bukan saja soal kemacetan, tata kelola mal, pedagang kaki lima, namun juga bagaimana meningkatkan jiwa kerelawanan generasi muda Kota Bogor terhadap kotanya. Kerelawanan itu cinta, anak muda Bogor mau membersihkan sampah, coretan di tembok umum itu karena cinta. Cinta itu pupuk terbaik bagi pohon bernama kerelawanan.
Setelah Bima Arya-Usmar jadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor, apakah partisipasi generasi muda meningkat? Melihat geliat kegiatan organisasi kemahasiswaan, kepemudaan, komunitas-komunitas, dll sulit kita mengatakan tidak. Tapi perlu diingat tentu bukan karena Bima Arya semata, namun memang sebenarnya anak-anak muda Bogor ini punya cinta terhadap Kota Bogor.
Bagaimana merawat cinta warga Bogor terhadap kotanya? Ruang partisipasi harus terus dibuka seluas-luasnya untuk warga menyampaikan pendapat baik di media sosial maupun di darat dengan blusukan. Program rutin wali kota menyapa warga harus diteruskan, program berkantor di kelurahan wajib dilanjutkan, mendatangi dan bukan didatangi komunitas harus jadi budaya.
Kemudian, mampukah Bogor sebagai kota yang paling dicintai warganya ini menyelesaikan masalah kemacetan, pedagang kali lima, ruang terbuka hijau? Semua orang pasti bilang mampu. Modal terbesar seorang kepala daerah adalah kecintaan warganya terhadap kotanya, dan Bogor sudah mempunyai ini.
Jika Bandung adalah Kota Kembang, Surabaya Kota Pahlawan, maka Kota Bogor adalah Kota Cinta atau Kota Relawan. Apa itu kota relawan? Sebuah kota yang generasi mudanya ikhlas berkorban dan terus berkontribusi untuk kotanya, jadi kata kuncinya partisipasi.
Bukankah smart city atau kota cerdas tidak dinilai dari teknologi semata, tetapi kota cerdas dinilai dari partisipasi warganya. Nah, Bogor sudah membuktikannya. Mari kita jadikan prestasi Bogor sebagai kota paling dicintai di dunia sebagai modal mengatasi berbagai tantangan di Kota Bogor. Mari berjuang, Salam #BogohKaBogor, #WeLoveBogor