Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengunjungi Pulau Rondo Pulau Terluar Sumatera
Mengunjungi Kota Sabang memang tidak lengkap jika tidak datang ke Tugu Nol Kilometer. Tugu tersebut selama ini dikenal publik sebagai penanda titik no
Penulis: iin Suwandi
TRIBUNNERS - Mengunjungi Kota Sabang memang tidak lengkap jika tidak datang ke Tugu Nol Kilometer. Tugu tersebut selama ini dikenal publik sebagai penanda titik nol Indonesia.
Rupanya, nun jauh di utara Sabang, tepatnya di Pulau Rondo, pulau terluar Indonesia Barat, terdapat tugu semacam penanda berupa tugu setinggi delapan meter yang diresmikan pada tahun 2008 oleh Walikota Sabang kala itu Munawar Liza Zainal. Tugu itu berlokasi di belantara hutan Pulau Rondo.
Tujuan utama pendirian tugu tersebut untuk menandai bahwa Pulau Rondo merupakan bagian dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Tidak banyak yang mengetahui keberadaan tugu tersebut kalau tidak berkunjung ke Pulau Rondo. Yang lebih istimewa, setiap pengunjung yang mengunjungi Pulau Rondo akan ada datanya sebagai pengunjung yang keberapa karena ada semacam dokumen yang diberikan.
Belum banyak orang yang mengunjungi Pulau Rondo, apalagi menyaksikan sendiri tugu tersebut.
Untuk bisa mengunjungi tugu itu memang tidak mudah. Dari Sabang harus menyewa perahu nelayan dan berlayar sejauh 20 mil.
Perjalanan ini tidak bisa dibilang mudah karena laut yang diseberangi merupakan pertemuan antara Selat Malaka dan Samudera Hindia.
Kapal tidak bisa merapat ke pulau seluas 0,43 kilometer persegi itu.
Di sekitar tugu yang tampak hanya pepohonan lebat. Hebatnya, meski berupa pulau karang, Pulau Rondo bisa ditumbuhi beberapa tanaman buah-buahan. Pengunjung dapat melihat pohon nangka dan jambu air di pulau tersebut.
Bagi sebagian orang, tugu nol kilometer di Pulau Rondo dianggap sebagai titik nol sebenarnya. Bukan tugu yang berada di Kota Sabang yang selama ini popular lewat lagu Dari Sabang sampai Merauke. Bagaimanapun, Pulau Rondo adalah bagian dari NKRi meskipun letaknya di ujung barat laut Indonesia.
Satgaspam Pulau Rondo "Mata Telinga" NKRI
Baru-baru ini Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono dalam kunjungan kerjanya ke Kodam Iskandar Muda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menyempatkan diri mengunjungi para prajurit-prajurit TNI Angkatan Darat yang bertugas menjaga Pulau Rondo.
Para prajurit tergabung dalam Satuan Tugas Pengamanan Pulau Rondo. Prajurit Satgaspam Pulau Rondo ibarat mata dan telinganya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam kunjungan tersebut, Jenderal bintang empat ini meminta kepada prajurit agar tetap maksimal dalam melakukan tugas operasi untuk menghindari kemungkinan terjadinya ancaman yang timbul, baik dari dalam maupun luar negeri, karena Pulau Rondo berada di zona perairan lintas international.
“Jangan sampai tempat ini digunakan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan negatif. Karena tidak tertutup kemungkinan terjadinya transaksi narkoba maupun penyelundupan senjata ilegal, musuh-musuh negara selalu mengintai untuk mencari celah guna menghancurkan Ideologi bangsa ini," ujarnya.
Prajurit Satgaspam Pulau Rondo harus selalu peka dengan setiap perkembangan situasi, tidak ada satu orang pun yang berani menjamin daerah operasi itu aman.
Terus tingkatkan kesiapsiagaan para prajurit, jangan lengah, walaupun kalian sudah lelah dengan situasi yang serba terbatas ini.
Untuk dapat mendeteksi situasi senantiasa harus dilakukan patroli secara rutin penuh kewaspadaan, kerahasiaan, ketelitian dan selalu jaga kekompakan antara anggota, baik dari Angkatan Darat maupun dari Angkatan Laut.
Apapun sifatnya untuk mengatasi segala permasalahan baik yang skala nasional maupun internasional semua diselesaikan secara musyawarah dan bijaksana.
Sebagai masyarakat, mari kita terus memberi semangat dan motivasi kepada para prajurit TNI Angkatan Darat sebagai penjaga wilayah kita ini, karena pengorbanan dan perjuangan mereka sungguh mulia.
Mereka rela meninggalkan keluarga yang nun jauh di seberang lautan demi dharma bhaktinya kepada bumi pertiwi tercinta ini. Salut buat prajurit-prajurit TNIku. Doa kami selalu menyertaimu.