Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Program Sergab Bikin Petani Tambah Susah

Program Sergab (Serap Gabah) petani yang dijalankan oleh Bulog setahun belakangan ini ternyata tidak seperti yang diharapkan.

zoom-in Program Sergab Bikin Petani Tambah Susah
Ist
Luthfi A Mutty, Anggota Komisi II DPR RI 

Ditulis oleh : Fraksi Nasdem

TRIBUNNERS - Program Sergab (Serap Gabah) petani yang dijalankan oleh Bulog setahun belakangan ini ternyata tidak seperti yang diharapkan.

Alih-alih membuat sejahtera, program tersebut malah membuat para petani pusing.

Hal ini seperti yang dituturkan oleh Anggota Komisi II DPR Luthfi A Mutty saat  kunjungan kerjanya di daerah pemilihannya di Sulawesi Selatan beberapa waktu yang lalu.

Menurutnya petani kelabakan menjual gabah basah dan kering karena harga yang ditentukan oleh Bulog sangat murah.

Pemerintah sendiri saat ini mematok harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani Rp 3.700/kg, dan GKP di tingkat penggilingan di harga Rp 3.750/kg.

Sedang Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan dihargai Rp 4.600/kg.

Berita Rekomendasi

Harga tersebut, menurut aduan yang Luthfi dapat, masih terlalu rendah dari harga yang ditawarkan oleh penggiling lain dari luar kota.

Hal itu membuat pabrik giling lebih memilih menutup pabriknya dan berhenti berproduksi.

"Pabrik giling kebingungan terutama di wilayah-wilayah penghasil beras seperti Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Sidrap, dan Pinrang," terang Luthfi.

Program Sergab dibuat untuk mengendalikan harga beras di pasaran. Petani dan pabrik giling diwajibkan untuk menjual gabah mereka kepada otoritas yang mengurusi arus stok pangan Bulog.

Program ini serentak dilaksanakan di seluruh wilayah dengan pendampingan ketat dari Kodim, Koramil, dan Babinsa setempat.

Entah apa tujuannya, namun menurut mantan Staf Khusus Wakil Presiden itu, keterlibatan komponen TNI di desa itu terkesan represif.

"Gabah diawasi kegiatannya oleh petugas berseragam, apakah para petani kita sudah hidup seperti zaman kolonial Belanda lagi?"

Sejak diluncurkan awal tahun ini, Sergab kerap menimbulkan gejolak antara petani dan pabrik penggilingan gabah dengan Bulog. Harga gabah yang anjlok membuat petani tidak bisa menikmati harga yang bagus.

Di awal peluncurannya, program itu sudah banyak mendapatkan penentangan. Di bulan April misalnya, petani dan para pemilik berdemo ke DPRD Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan karena disparitas harga gabah yang begitu jauh.

"Bahwa pemeritah perlu mengamankan stok pangan nasional, memang iya. Tapi kalau terus-terusan seperti ini, maka yang kasian petani. Mereka tidak pernah bisa menikmati harga yang bagus," ucap Luthfi.‎

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas