Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menghidupkan Kembali Kesenian Wayang
Wayang dalam bahasa jawa memiliki arti ‘bayangan’ atau dalam filsafat dapat diartikan sebagai pencerminan sifat
Editor: Rachmat Hidayat
Oleh Melinda Oktavia, mahasiswi semester tiga, London School of Public Relations
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Wayang dalam bahasa jawa memiliki arti ‘bayangan’ atau dalam filsafat dapat diartikan sebagai pencerminan sifat yang ada di dalam jiwa manusia.
Wayang adalah salah satu seni pertunjukan yang dimainkan oleh seorang dalang, yang dibantu oleh beberapa orang penabuh gamelan dan waranggana sebagai vokalisnya.
Dalang memiliki peran sebagai pengatur alur jalannya pertunjukan, dan adanya musik yang diiringi penabuh gamelan serta waranggana membuat pertunjukan wayang semakin menarik untuk di saksikan.
Dalam setiap cerita yang dibawakan, wayang memiliki makna tersirat tentang kehidupan.Wayang berkembang pesat, di daerah Jawa dan Bali, masyarakat pun mengenal banyak ragam wayang salah satunya adalah wayang kulit.
Wayang kulit biasanya memperagakan lakon-lakon atau kisah dari Babad Purwa, yaitu Mahabharata dan Ramayana.
Oleh karena itu wayang kulit disebut juga dengan nama Wayang Purwa. Sebenarnya masih banyak jenis wayang di Indonesia, seperti wayang khilitik, wayang orang, wayang golek, wayang beber semua dengan keunikannya masing-masing yang menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton.
Baik dari segi cerita, setting tempat dsb.
Sebelum era tahun dua ribuan wayang berada dalam masa kejayaannya sebagai seni pertunjukan yang memiliki banyak penikmat.
Namun, seiring berkembangnya zaman, disertai banyaknya percampuran kultur budaya lain, menyebabkan wayang tidak lagi menjadi kesenian pertunjukan yang menarik, khususnya di kalangan kaum muda.
Kini banyak kalangan kaum muda menganggap wayang sebagai pertunjukan yang membosankan, sehingga wayang saat ini tidak begitu eksis dalam dunia seni pertunjukan di Indonesia.
Menurunnya minat kalangan kaum muda akan kesenian pertunjukan wayang membawa dampak yang sangat negatif bagi kesenian wayang, seperti tidak adanya kaum muda yang berminat berprofesi menjadi dalang, penabuh gamelan, dan waranggana.
Bila dulu profesi dalang adalah profesi yang sangat menarik, bahkan dulu kita bisa menjumpai dalang di layar televisi.
Hal ini menyebabkan semakin sulitnya untuk melestarikan kesenian wayang bila tidak adanya minat terhadap kesenian wayang dari kalangan kaum muda saat ini.