Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Brutus

Kini, orang-orang yang pernah dekat namun kemudian dipecat Jokowi, coba dikapitalisasi menjadi kekuatan oposisi bersama Prabowo.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Brutus
Ist/Tribunnews.com
Karyudi Sutajah Putra. 

Wapres Jusuf Kalla, misalnya. Ketika Jokowi secara tersirat mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai petahana calon gubernur dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017, dan JK pun welcomed, namun diam-diam mantan Ketua Umum Partai Golkar itu justru menyodorkan nama Anies Baswedan kepada Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra yang beroposisi dan juga rival Jokowi pada Pilpres 2014, dan akhirnya Anies terpilih.

JK berdalih, penyodoran nama Anies dilakukan demi kebaikan bangsa dan negara, dan terbukti pasca-terpilihnya Anies kondisi Ibu Kota aman dan damai.“Kita bicara dengan pimpinan partai agar semuanya hasilnya baik, negara aman, maju, dan damai. Coba sekarang, damai ‘kan?" kata JK (Kompas.com, 4 Mei 2017). Begitu dinyatakan memenangi Pilkada DKI putaran kedua, 19 April 2017, Anies langsung “sowan” ke JK.

Ketika JK bertemu ulama kontroversial asal India, Zakir Naik, 4 Maret 2017 di rumah dinasnya, mungkin juga demi kebaikan bangsa dan negara. Begitu pun ketika JK “membela” Bachtiar Nasir.

JK meragukan ada aliran dana yang diduga dari Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) itu untuk membantu kelompok radikal di Suriah atau dikaitkan dengan ISIS, seperti kecurigaan Polri.

Saat JK menyatakan negara ini bisa hancur bila Jokowi menjadi presiden, seperti Julius Caesar, Jokowi yang saat itu menjabat Gubernur DKI Jakarta pun “mengampuni” JK, bahkan meminangnya menjadi cawapres dan kemudian terpilih.

Kini, orang-orang yang pernah dekat namun kemudian dipecat Jokowi, coba dikapitalisasi menjadi kekuatan oposisi bersama Prabowo, yang pernah dikhianati Mega terkait perjanjian Batu Tulis.

Selain Anies yang pernah diberhentikan dari jabatan Manteri Pendidikan dan Kebudayaan, ada Sudirman Said yang pernah diberhentikan Jokowi dari jabatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Sudirman yang juga orang dekat JK diangkat menjadi Ketua Tim Transisi Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Berita Rekomendasi

Apakah Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang ada kesan bermain dua kaki, bahkan merasa akan dipecat Jokowi (Tribunnews.com, 7 Februari 2017), juga akan dikapitalisasi menjelang Pilpres 2019? Gatot akan pensiun pada Maret 2018.

Kita tak tahu pasti. Yang jelas, di dalam politik tak ada kawan atau lawan abadi, yang abadi adalah kepentingan. Bagaimana bisa Prabowo mau menerima pencalonan Anies, padahal mantan Rektor Universitas Paramadina itu pernah menjadi juru bicara Jokowi-JK dalam masa kampanye Pilpres 2014? Itulah politik.

Bagaimana bisa Jokowi mau menerima JK sebagai cawapres padahal pernah dikatakan negatif oleh saudagar itu? Tak tertutup pula kemungkinan JK berpatron dengan capres lain pada 2019. Itulah politik!

Karyudi Sutajah Putra: Pegiat Media, tinggal di Jakarta.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas