Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
“Cermin 7” Album PITUtur God Bless
44 tahun bukanlah perjalanan waktu yang pendek bagi sebuah grup band bernama God Bless untuk tetap bisa eksis.
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
44 tahun bukanlah perjalanan waktu yang pendek bagi sebuah grup band bernama God Bless untuk tetap bisa eksis.
44 tahun bukanlah perkara gampang untuk bisa tetap mempertahankan eksisitensi diri sebagai grup band rock papan atas di tengah dinamisasi perkembangan budaya musik yang terus bergerak seiring dinamika perkembangan zaman.
44 tahun bukanlah perkara gampang bagi God Bless untuk tetap tegak dan bisa tetap eksis dengan pernah mengalami sekitar antara 20-an kali gonta-ganti bongkar-pasang personil pemain.
Bahkan beberapa kali sempat mengalami kevakuman dalam rentang waktu cukup panjang sampai tahunan.
44 tahun bukanlah perkara gampang bagi God Bless untuk tetap menjaga idealisme, komitmen, konsistensi, spirit visi bermusiknya dalam mengangkat tema humanisme dalam lirik lagunya.
Akhir tahun 2016 setelah sekitar 3 bulan berkutat di Rumah Kita Studio, God Bless berhasil merampungkan dan merilis album ke 7 bertitel “Cermin 7”.
Dan, semua pencapaian itu dilalui God Bless dengan segala suka-dukanya yang kemudian menjadikannya bukan saja sebagai grup band rock legendaris berumur panjang, juga menjadikannya sebagai ikon rock Indonesia.
Benarkah sebagaimana diucapkan sang vokalis Achmad Albar bahwa album ke-7 God Bless bertajuk “Cermin 7” sebagai album keramat?
Memang kalau kita merujuk pada angka 7 sering disebut angka keramat, bahkan punya nilai mistis yang terkait dengan angka 7.
Bahkan dalam bahasa Jawa, angka 7 mengandung pemaknaan; PITUtur, PITUnjuk, PITUntunan, dan PITUlungan.
Sebagaimana yang dibilang Acmad Albar bahwa “Cermin 7’ sebagai album keramat ini sarat dengan muatan pesan berupa pitutur-pitutur humanisme.
Bahkan banyak di antara lagu-lagu pitutur bertemakan humanisme atau kritik sosial yang disuarakan God Bless masih konstektual dengan realitas sosial persoalan yang melanda dan yang sedang kita hadapi di hari ini.
Boleh dibilang bahwa God Bless adalah satu-satunya grup band rock Indonesia dalam visi bermusiknya memiliki komitmen dan konsistensi dalam mengangkat pitutur humanisme yang menghias di setiap albumnya.
Semoga, atau setidaknya dari grup band rock bernama God Bless kita diperkenalkan pada sebuah penghayatan makna musik. Tinggal bagaimana masing-masing dari kita memaknainya.
Karena bukan tidak mungkin daripadanya mengajarkan banyak hal kepada kita. Termasuk bagaimana menarasikannya dan terus menghidupkan spirit rock di tengah dinamika kehidupan dalam menandai perkembangan zaman.
Adapun kalau kita simak lagu-lagu yang di “Cermin 7” tak lain adalah nyanyian kehidupan, pitutur realita kehidupan, bukan panggung sandiwara.
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, pendiri “Forum Apresiasi Musik Indonesia”, Pemimpin Redaksi Bambuunik.com