Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Olahraga Dapat Memicu Kematian Mendadak?
Di negara-negara Eropa dan Amerika partisipasi olahraga telah melebihi angka 60% dari warganya
Penulis: Mahalul Azam
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNERS - Olahraga yang teratur dan terukur terbukti akan menurunkan risiko penyakit degeneratif dan kardiovaskuler. Kesadaran akan hal ini akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berolahraga.
Di negara-negara Eropa dan Amerika partisipasi olahraga telah melebihi angka 60% dari warganya, sementara di Indonesia dilaporkan Kemenpora sekitar 40%. Angka partisipasi tersebut menunjukkan angka yang cukup baik.
Namun demikian dengan partisipasi masyarakat yang baik, kita harus memperhatikan dampak negatif dari olahraga itu sendiri, seperti halnya cedera atau dampak lainnya.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa olahraga terutama yang berlebih dapat memicu serangan jantung bahkan berakhir dengan kematian. Penelitian pada atlet maraton di Amerika melaporkan kematian akibat aktivitas maraton angka kejadiannya 1/200.000.
Penelitian lain di Spanyol pada selang waktu 1995 – 2001 pada masyarakat umum terdapat 61 kasus kematian dengan 36% dipicu aktivitas bersepeda, 23% sepakbola, 9% senam, 7% berlari dan olahraga lain sisanya.
Sementara penelitian sejenis di Perancis dengan pengamatan pada masyatakat umum dan atlet pada tahun 2005 – 2010 dilaporkan 820 kasus kematian mendadak yang berhubungan dengan olahraga.
Urutan penyebab kematian yaitu bersepeda (30,61%), berlari (21,34%), sepak bola (13,05%), hiking (5%), berenang (3,78%), bola basket (3,54%) dan sisanya jenis olahraga lain. Penelitian tersebut juga melaporkan bahwa penyebab utama disebabkan oleh kelainan kardiovaskuler berupa penyakit jantung koroner.
Bagaimana di Indonesia? Meskipun belum dapat diakses laporan penelitian di publikasi ilmiah, namun dalam publikasi populer kita sering mendengar sejumlah nama populer yang meninggal setelah aktivitas olahraga.
Sebut saja nama seperti Benyamin S., Basuki, Aji Massaid, Burhanudin Napitupulu dan mungkin beberapa orang yang kita kenal di sekeliling kita meninggal akibat aktivitas olahraga.
Berdasarkan penelusuran melalui media online yang dilakukan penulis dengan memasukkan kata kunci kematian, meninggal, mendakak dan olahraga didapatkan sejumlah artikel yang mempublikasikan berita kejadian kematian akibat olahraga.
Setidaknya terakses 29 kasus kematian mendadak dari tahun 2007 - 2017 yang dipicu aktivitas olahraga. Sebesar 41% dipicu olahraga bersepeda, 27,5% sepakbola dan futsal, 14% berlari, 7,5% tenis dan sisanya olahraga lain.
Lalu bagaimana kita mengantisipasinya? Sebagaimana ditulis di bagian paling awal dari tulisan ini, olahraga yang aman harus dilakukan dengan teratur dan terukur.
Dengan melakukan olahraga yang teratur, sistem organ tubuh akan mengadaptasi dan metabolisme berjalan dengan seimbang sehingga dampak positif olahraga bagi kesehatan akan tercapai.
Demikian pula dengan melakukannya secara terukur, artinya sesuai dengan takaran atau dosisnya, dampak negatif seperti di atas akan terhindarkan. Konsultasi dengan dokter dan melakukan pemeriksaan screening juga merupakan hal yang penting, karena sebagian besar kejadian kematian mendadak akibat olahraga terjadi akibat penyakit jantung koroner yang sebelumnya tidak dirasakan atau diketahui.
(Penulis adalah dosen di Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dokter di Pusat Layanan Kesehatan, Universitas Negeri Semarang)