Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Gus Dur: Protesnya Musik Protes Budaya
Gus Dur menegaskan bahwa musik bisa ditempatkan lebih terhormat dari sekadar sebagai hiburan.
Editor: Toni Bramantoro
Selain di album “Perahu Retak”, banyak pula kritik sosial dilontarkan oleh penyanyi atau grup musik yang dikumandangkan lewat bahasa lagu seperti kalau kita simak pada lagu-lagu grup band rock legendaris God Bless.
Lewat bahasa musik, grup band rock bentukan tahun 1972 yang kini beranggotakan Achmad Albar (vokal), Ian Anton (gitar), Donny Fattah (bas), Abadi Soesman (kibor) dan Fajar Satritama (dram), selain menyematkan lagu-lagu bernada kritik sosial, juga banyak mengangkat tema humanisme (kemanusiaan).
Bahkan banyak di antara lagu-lagu God Bless bertemakan humanisme masih faktual dan kontekstual dengan realita kehidupan yang terjadi saat ini yang kemudian saya angkat dalam buku berjudul “God Bless and You – Rock Humanisme” yang diterbitkan oleh penerbit PT Elex Media Komputindo (2017).
Dalam hal ini,kedudukan, status, maupun peran seniman itu sendiri pada hakekatnya tidak ada bedanya dengan ulama, wartawan atau intelektual.
Melalui perannya seniman haruslah berani mewartakan kaidah-kaidah kebenaran dan mengungkap segala bentuk kepalsuan-kepalsuan yang terjadi di masyarakat termasuk melawan segala bentuk dehumanisasi.
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, pendiri “Forum Apresiasi Musik Indonesia” (Formasi), penulis buku “God Bless and You – Rock Humanisme”.