Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Prabowo Wapres atau Tidak Sama Sekali!
Bila mau dan terpilih, syukur-syukur kondisi kesehatannya masih bugar, Prabowo bisa terpilih menjadi presiden pada 2004.
Editor: Hasanudin Aco

Oleh: Karyudi Sutajah Putra
TRIBUNNEWS.COM - If you can't beat them join them, you better do it 'cos it makes you feel good (Queen).
"Ini catat omongan saya ini. Sejauh ini saya meramalkan dengan berbagai indikator (Prabowo) menang, waktu itu Donald Trump saja saya bilang menang. 2019 saya ramalkan Prabowo jadi presiden," ujar Fadli Zon (Tribunnews.com, 3 Desember 2017).
Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR RI, begitu yakin Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto akan terpilih menjadi Presiden RI pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, seperti Donald Trump memenangi Pilpres AS 2016.
Fadli tak menyebut indikator-indikator seperti apa yang akan membuat Prabowo menang. Namun, berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga, elektabilitas Prabowo lebih sering berada di bawah incumbent Presiden Joko Widodo jika keduanya kembali bertarung pada Pilpres 2019.
Dalam survei yang digelar Indo Barometer terhadap 1.200 responden di 34 provinsi di Indonesia pada 15-23 November 2017, melalui metode multistage random sampling, diketahui Jokowi masih unggul dibandingkan Prabowo. Pada survei terbuka, 34,9% responden langsung menjawab Jokowi sebagai kandidat presiden, sementara yang menjawab Prabowo hanya 12,1%.
Baca: Peluang Prabowo Subianto Kalahkan Jokowi di Pilpres 2019
Polmark Research Center (PRC) hasil surveinya menunjukkan, jika pilpres digelar saat survei, Jokowi meraih 41% suara dan Prabowo 15,9% suara. Survei digelar pada 13-25 November 2017 dengan metode multistage random sampling dengan jumlah responden 2.600 orang.
Simulasi yang dilakukan PRC terhadap empat pasangan Jokowi, hasilnya ialah Jokowi-Budi Gunawan (Kepala BIN) 65%, Jokowi-Muhaimin Iskandar (Ketua Umum PKB) 64%, Jokowi-Chairul Tanjung (pengusaha) 64,6%, Jokowi-Agus Harimurti Yudhoyono 63,5%, Jokowi-Gatot Nurmantyo (mantan Panglima TNI) 63,1% atau Jokowi-Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta) 62,9%. Sedangkan pasangan Prabowo-Gatot Nurmantyo 63,5%, Prabowo-Chairul Tanjung 58,0% atau Prabowo-Zulkifli Hasan (Ketua Umum PAN/Ketua MPR RI) 57,1%.
Adapun simulasi yang dilakukan Indo Barometer terhadap empat pasangan Prabowo hasilnya ialah Prabowo-Anies Baswedan 31,7%, Prabowo-M Sohibul Iman (Presiden PKS) 16,3%, Prabowo-Zulkifli Hasan 4,1% atau Prabowo-Muhaimin Iskandar 2,6%.
Menariknya, PRC juga mencoba menyandingkan Jokowi dengan Prabowo sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Hasilnya, PRC mendapati angka yang sangat signifikan, yakni 14,1%. Hasil surrvei PRC ini dirilis di Jakarta, Senin (18/12/2017).
Selain hasil survei PRC, lirik lagu Queen seperti dikutip di atas nampaknya perlu dipertimbangkan oleh Prabowo, dengan mau menjadi cawapres bagi Jokowi di 2019. “Jika kau tak bisa mengalahkan mereka maka bergabunglah dengan mereka, kau lebih baik melakukannya karena itu membuatmu merasa baik.”
Pertimbangannya, pertama, sudah dua kali Prabowo gagal dalam piplres, pertama sebagai cawapres bagi capres Megawati Soekarnoputri pada 2009, namun dikalahkan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono; dan kedua pada 2014 sebagai capres berpasangan degan cawapres Hatta Rajasa, namun dialahkan Jokowi-Jusuf Kalla.
Kedua, usia Prabowo sudah menginjak 67 tahun, lahir 17 Oktober 1951, sehingga Pilpres 2019 diprediksi sebagai kesempatan terakhirnya. Jadi, laiknya Megawati saat hendak menggantikan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 2011, kalau tidak sekarang, mungkin tidak sama sekali, kalau Prabowo tidak mau menjadi cawapres pada 2019, mungkin ia tak akan pernah menjadi wapres atau presiden.

