Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Komunitas Equestrian Pertanyakan Komitmen PP Pordasi

Pergelaran Pesta Olahraga Antar-negara Asia, Asian Games 2018 tinggal tujuh bulan lagi, ibaratnya sudah dipelupuk mata. Namun, nuansa keprihatinan yan

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Komunitas Equestrian Pertanyakan Komitmen PP Pordasi
ist
Sebagian dari rider equestrian yang mengikuti pelatihan jumping dan eventing dengan pelatih asal Belanda Pieter Jan Berkers. Ikut berfoto, pelatih Nico Pelealu dan manajer tim Fatchul Anas 

Oleh: Tubagus Adhi

Pergelaran Pesta Olahraga Antar-negara Asia, Asian Games 2018 tinggal tujuh bulan lagi, ibaratnya sudah dipelupuk mata. Namun, nuansa keprihatinan yang lebih mencuat.

Pembangunan, atau tepatnya revitalisasi dan penyempurnaan sebagian besar dari sarana dan prasarana yang akan dipergunakan memang terus dikebut.

Akan tetapi, apakah keberadaan sarpras baru tersebut akan berpengaruh langsung terhadap penampilan maksimal atlet Indonesia, itu masih menjadi tanda tanya besar.

Bentuk fisik baru dari mayoritas sarpras tersebut, baik di Jakarta dan Palembang yang menjadi co-host dari Asian Games XVIII/2018 ini, secara umum memang membanggakan.

Hal itu, di satu sisi, membuktikan keseriusan luar biasa dan niat besar Indonesia untuk menjadi tuan rumah yang baik.

Anda yang setiap hari melewati kawasan Senayan dan menyempatkan diri untuk menyapukan pandangan secara langsung pada berbagai sarpras olahraga yang direvitalisasi, pastilah akan terkagum-kagum melihat sosok 'baru' dari Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Berita Rekomendasi

Dari penampakan sekilas dari luar mungkin terkesan tak banyak perubahan yang dilakukan, kecuali jika Anda melihatnya pada malam hari, di mana keseluruhan lampu sorot di bagian atas SUGBK ini sudah dinyalakan. Perubahan drastis baru akan diketahui jika kita berada di area dalam, termasuk atmosfir di lapangan. Sebagian besar terlihat baru.

Selain SUGBK, revitalisasi juga dilakukan untuk gedung kolam renang (aquatic), bola voli, bulu tangkis, basket, atau bahkan panahan.

Semua serba baru, kokoh dan jelas akan sangat nyaman, di mana semua gedung indoor jelas akan berpendingin udara.

Sedikit menjauh dari Senayan, tepatnya di kawasan Jakarta Timur, revitalitasi venues balap sepeda juga mencengangkan. Sekitar dua kilometer dari venues balap sepeda, pembangunan sarana equestrian bertarap internasional tengah dikebut.

Sarana equestrian Asian Games XVIII/2018 ini dibangun di lahan bekas arena pacuan kuda Pulomas, termasuk gedung dengan tribun penonton dan trek pacuan.

Pembangunan keseluruhan sarana dan prasarana equestrian atau berkuda ketangkasan ini kabarnya menelan biaya lebih dari Rp500 miliar. Pembangunannya dilakukan oleh PT Jakarta Propertino (Jakpro), anak perusahaan atau BUMD milik Pemprov DKI Jakarta.

Jakpro juga yang membangun sarpras baru untuk velodrome (balap sepeda) di kawasan Jalan Pemuda, Rawamangun, itu.

Sarana baru balap sepeda dan equestrian, sebagaimana sebagian besar gedung-gedung baru lainnya, pastilah akan sangat membanggakan komunitas olahraga masing-masing.

Khusus untuk equestrian bahkan disebut-sebut jika apa yang akan dimiliki oleh Indonesia nantinya merupakan salah satu yang terbaik untuk kawasan Asia atau bahkan dunia.

Sedikit negara di kawasan Asia yang memiliki kompleks terpadu berkuda ketangkasan, yang megah, mewah dan lengkap. Komunitas equestrian Indonesia seyogyanya memang harus merasa beruntung.

Atlet berkuda ketangkasan, yang lazim disebut rider, mestinya akan semakin tertantang dalam memberikan penampilan terbaiknya, baik mereka yang berkompetisi di nomor dressage (tunggang serasi), jumping (lompat rintangan), atau eventing (trilomba).

Akan tetapi jangan dilupakan bahwa berkuda adalah satu-satunya cabor yang merefleksikan penampilan dua unsur makhluk hidup, yakni manusia dan hewan--kuda.

Oleh karena itu, untuk pencapaian prestasi, tentunya harus ada sinergitas antara kedua elemen tersebut--ya rider ya kudanya. Salah satu timpang, sulit bicara penggapaian prestasi, sejatinya medali.

Dari cabor berkuda ketangkasan di Asian Games XVIII/2018 ini ditargetkan perolehan satu medali emas, dari total enam medali emas yang diperebutkan di nomor dressage tim dan perorangan, jumping tim dan perorangan dan eventing tim dan perorangan.

Target ini serupa dengan apa yang dicanangkan di Asian Games XVII/2014, Korsel. Waktu itu, dari pengharapan emas, teraih perunggu, melalui Larasati Gading di tunggang serasi perorangan.

Saat ini belum lagi diketahui apakah cabor berkuda sudah melakukan pelatnas. Beberapa rider senior dengan dukungan klubnya masing-masing memang sudah mempersiapkan diri, bahkan dengan berbekal kuda-kuda baru.

Ininsiatif klub dan rider-rider senior seperti Larasati Gading, Putri Hamidjoyo, Adi Katompo, Albert Pelealu, tentunya layak diapresiasi.

Larasati Gading dikabarkan terus berlatih intensif di Jerman, Adi Katompo dengan dukungan klubnya juga berlatih dan mengikuti berbagai kompetisi di Jerman dan sekitarnya, demikian juga dengan Putri Hamidjoyo yang sudah lama mempersiapkan diri di Belanda.

Cabor berkuda memang membutuhkan biaya besar. Kuda-kuda yang akan menjadi tunggangan para rider dari negara-negara Asia Timur seperti Korsel, Jepang serta Qatar, Yordania disebut-sebut harganya milyaran rupiah, bukan lagi ratusan juta.

Kuda-kuda yang dinaiki rider Malaysia di SEA Games 2017 lalu saja harganya milyaran, dan mereka juga lama mempersiapkan diri di Eropa.

Bagaimana kiat dari para petinggi di Pordasi dalam mempersiapkan para atlet dan kuda-kudanya menghadapi Asian Games XVIII/2018 ini? Petinggi Pordasi hampir tak pernah bicara ke publik, termasuk melalui pers.

Dalam konteks ini komunitas equestrian tentunya ingin mengetahui sesungguhnya apa dan bagaimana persiapan Pordasi untuk menyambut kompetisi berkuda ketangkasan Asian Games XVIII/2018 nanti.

Beberapa waktu lalu mayoritas perwakilan cabor Asian Games ini mengeluhkan minimnya anggaran yang diberikan oleh pemerintah untuk pelatnas.

Total ada 48 cabor yang akan dikompetisikan di Asian Games nanti. Untuk pelatnas masing-masing cabor, sudah ada anggarannya dari pemerintah.

Berkuda, misalnya, mendapatkan dana sebesar Rp10.320.000.000, dari usulan Rp60.887.965.000. Tak ada cabor yang usulannya disetujui besarannya oleh pemerintah.

Cabor berkuda bersama balap sepeda dan karate sama-sama mengusulkan anggaran pelatnas dengan kisaran Rp60-an miliar, walau yang disetujui rata-rata hanya seperenamnya.

Anggaran untuk pelatnas ini tentunya memang jauh dari mencukupi, sebagaimana yang dikeluhkan oleh mayoritas cabor. Untuk itu, masing-masing cabor harus berpikir keras untuk memenuhi anggarannya, tak terkecuali Pordasi.

Ini juga yang harus disosialisasikan oleh petinggi Pordasi kepada komunitas equestrian, termasuk tentunya juga keseluruhan rider yang diproyeksikan tampil di Asian Games tersebut.

Petinggi Pordasi tentu tak harus berdiam diri. Pordasi, melalui sekjen yang mestinya menjadi penggerak organisasi, selayaknya berbicara secara terbuka terkait dengan berbagai permasalahan yang terjadi. Ini juga yang tentunya diharapkan oleh masyarakat equestrian.

* Tubagus Adhi, pengamat olahraga nasional

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas