Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Menempuh Jalan Perdamaian Hingga Tuntas: RIP Kardinal Ayuso

Ayuso yang fasih berbahasa Arab juga paham agama Islam dengan baik sehingga unsur konteks dalam misi perdamaian, terasa dalam

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Menempuh Jalan Perdamaian Hingga Tuntas: RIP Kardinal Ayuso
Istimewa
Kardinal Ayuso (tengah) berbincang dengan Amrih Jinangkung mantan Dubes di Vatikan sekarang Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional Kemlu (kanan), dan Pastor Markus Solo Kewuta 

Oleh : Yophiandi, Pengajar Komunikasi di Institut Media Digital Emtek 

BULAN November 2022, bisa jadi tak terpikirkan bagi kami, wartawan Katolik, bisa bertemu dengan tiga petinggi Vatikan sekaligus dalam dua hari. Paus Fransiskus, tentu saja.

Tapi juga ada dua petinggi lain. Sekretaris Negara Kardinal Pietro Parolin, serta Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot.

Yang terakhir disebut ini, adalah pemimpin divisi pemikir alias think tank bagi perdamaian dunia dalam misi Vatikan. 

Kardinal Ayuso, memimpin Dikasterium (seperti kementerian di platform negara sekuler) untuk Dialog Antaragama. Sebelumnya, nama Dikasterium ini adalah Dewan Kepausan.

Ayuso memimpin “kementerian” ini sejak 2019, tiga tahun sejak ditahbiskan Paus Fransiskus, dari uskup menjadi kardinal.

Baca juga: Kabar Duka dari Vatikan, Kardinal Miguel Ángel Ayuso Guixot Meninggal Dunia

Di Dikasterium inilah pesan-pesan perdamaian Paus Fransiskus digodok. Termasuk arah hubungan dengan dunia Islam.

Berita Rekomendasi

Bagusnya, Ayuso yang fasih berbahasa Arab juga paham agama Islam dengan baik. Sehingga unsur konteks dalam misi perdamaian, terasa dalam, tak cuma teks alias omong-omong belaka. 

Buah dari godokan Dikasterium itu, adalah Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup (Beragama) Bersama alias Human Fraternity for World Peace and Living Together, yang ditandatangani di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Dokumen yang sering disebut Dokumen Abu Dhabi ini, berisi seruan perdamaian kepada para bangsa dan masyarakat yang bertikai atas nama agama. 

Dokumen ini begitu lengkap, sebagai perangkat panduan bagi setiap bangsa demi menghentikan intoleransi antar umat beragama berbeda.

Dokumen ini berisi kritik kondisi dunia saat ini, di mana moral mengalami degradasi. Tak terbatas pada Islam dan Kristiani, namun juga agama dan kepercayaan lain.

Inilah yang jadi istimewa, karena baru kali ini, setelah puluhan hingga ratusan tahun, ada dokumen sebagai pengingat keseriusan umat berbeda agama untuk saling memahami. 

Alhasil dokumen yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Agung Al Azhar Ahmad el Tayeb pada 2019 dianggap menjadi tonggak sejarah dalam dialog antar umat beragama. 

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas