Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Bambu Tongkat Komando ‘Bung Karno’ Mencari Tuannya
Believe it or not! Entah dari mana datangnya, tahu-tahu dihadapan saya sudah berdiri seseorang berkopiah, meski terlihat samar
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Believe it or not! Entah dari mana datangnya, tahu-tahu dihadapan saya sudah berdiri seseorang berkopiah, meski terlihat samar tapi tampak jelas wajahnya cukup saya kenal mirip banget ‘Bung Karno’.
Tangan kanannya memegang sebuah tongkat panjangnya sekitar 40 cm. Aku titip tongkat ini buat penerusku, simpan saja, tolong nanti serahkan kepada...., katanya berpesan.
Belum selesai menyampaikan pesannya tongkat ini nanti diserahkan kepada siapa, tiba-tiba entah dari mana datangnya beberapa orang menyerbu berusaha saling merebut tongkat tersebut yang akan diserahkan ke saya sehingga terpental lepas dari genggaman tangan.
Dan orang-orang tersebut belingsatan berusaha mencari jatuhnya tongkat yang terpental. Saya sendiri hanya berdiri bengong, sampai akhirnya saya terjaga oleh suara adzan subuh.
Saya terbangun, ternyata tadi itu mimpi!
Apalah arti sebuah mimpi.
Orang bilang bahwa mimpi itu kembangnya orang tidur. Menurut psikoanalisa Sigmund Freud, mimpi itu kejadian di alam bawah sadar (super ego) sebagai bagian dari kejiwaan manusia.
Menurut Freud pula, bahwa mimpi itu sendiri hasil luapan emosi yang tidak tersalurkan di alam sadar (ego), lalu muncul di alam bawah sadar lewat mimpi.
Okelah kalau begitu, nggak perlu terlalu serius dipikir untuk ditafsir apa arti mimpi, karena tidak ada hubungannya dengan nomor togel.
Seperti biasa, jelang siang saya jadi tukang ojek khusus mengantar istri yang kebetulan ada satu urusan di Kantor Walikota Jakarta Pusat.
Seperti biasa pula, sambil menunggu urusan kelar, saya selalu nongkrong ngadem di Museum Taman Prasasti, yang juga dikenal sebagai tempat pemakaman orang Belanda, yang lokasinya bersebelahan dengan kantor Walikota Jakarta Pusat.
Karena keseringan nongkrong di situ, saya cukup kenal akrab dengan petugas penjaganya. Tiba-tiba ada semacam dorongan untuk masuk ke sebuah bangunan yang di dalamnya tersimpan bekas dua peti jenazah Bung Karno dan Bung Hatta. Saya pun berdiam sejenak sambil berdoa buat Sang Proklamator.
Tak lama melihat-lihat isi didalamnya saat ke luar tak jauh dari tempat tersebut, tiba-tiba pandangan mata saya tertuju sebatang pohon bambu yang menyita perhatian, bentuk ruasnya beda dari lainnya, yakni bambu tumpuk ruas yang disebut tumpangsari junjung derajat.