Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Christine Lagarde: Perempuan Harus Didengar
Christine Lagard selalu jadi perempuan pertama di jabatan tertinggi yang ia jabat, di antara jabatan-jabatan penting lainnya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM - Christine Lagarde adalah nama yang tidak asing bagi masyarakat Prancis. Perempuan ini berturut-turut dinobatkan sebagai salah satu perempuan paling berkuasa di dunia.
Karirnya membuat namanya mendunia.
Christine Lagard selalu jadi perempuan pertama di jabatan tertinggi yang ia jabat, di antara jabatan-jabatan penting lainnya.
Ia jadi perempuan pertama yang memimpin kantor hukum internasional Baker & McKenzie, Menteri Keuangan perempuan pertama Prancis dan kini perempuan pertama sebagai bos IMF untuk periode kedua.
Dalam perjalanannya bertemu dengan pemimpin dunia, Lagarde selalu menyempatkan diri untuk bertemu kelompok perempuan.
Baca: Bos IMF Christine Lagarde Kagum Cara Pembuatan Kain Tenun Asli Indonesia
Saat saya bertanya padanya mengapa perempuan perlu diajak diskusi, Lagarde menjawab : “Bertemu dengan berbagai grup perempuan, membuat saya jadi lebih memahami tentang diskriminasi, kesenjangan gender, ketidakadilan hingga kekerasan domestik. Yang tidak dapat saya temukan di pembicaraan-pembicaraan formal pada umumnya.”
Baginya perempuan harus menjadi bagian dari berbagai hal. Tanpa kontribusi perempuan, dunia akan mengalami ketimpangan.
“Andai saja Lehman Brothers menyertakan Lehman Sisters, tentu kita tidak akan mengalami tragedy keuangan seperti yang kita alami kemarin”. Begitu kira-kira kalimat yang diucapkan Lagarde tentang bagaimana pentingnya menyertakan suara dan kapasitas perempuan dalam setiap keputusan bersama.
Meski demikan, ia tidak ingin menyebut bahwa semua karena perempuan.
“Saya lebih senang dengan konsensus bersama. Saya seorang yang senang bekerja dalam tim. Dan penting untuk memastikan semua suara didengar”, kataya.
Saya terkesan dengan perempuan yang dalam berbagai pemberitaan selalu disebut sebagai “perempuan pertama” ini.
Madam Lagarde begitu saya memanggilnya, bisa dibilang sangat kenal Indonesia. Ia sudah bolak-balik datang ke Indonesia sejak tahun 1995.
“IMF sudah berubah dan tidak seperti yang dinilai masyarakat Indonesia 20 tahun. indonesia juga sudah berubah dan jadi pemain ekonomi yang diperhitungkan” katanya menjawab pertanyaan saya soal persepsi negatif yang masih ada di mata masyarakat dunia.
Bagi banyak kalangan yang mengikuti perjalanan reformasi di tubuh IMF, Lagarde dikenal memberi warna baru di lembaga itu dan mengembalikan citra The Fund, demikian sebutan untuk IMF yang sempat disorot negatif.