Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Antara Kepemimpinan Prabowo Notonagoro dalam ‘Ratu Adil’ Jelang Pilpres 2019
Jelang Pilpres 2019. Di tengah terjadinya krisis multidimensional, saat ini rakyat hanya bisa berharap dan mendambakan siapa pun calon presiden
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Jelang Pilpres 2019. Di tengah terjadinya krisis multidimensional, saat ini rakyat hanya bisa berharap dan mendambakan siapa pun calon presiden (capres) terpilih di Pilpres 2019 adalah sosok pemimpin yang mencerahkan.
Di tengah terjadinya krisis multidimensional, saat ini rakyat hanya bisa berharap dan mendambakan datangnya siapa pun capres terpilih di Pilpres 2019 adalah sosok pemimpin prabowo notonagoro sebagaimana yang dinubuatkan dalam ramalan ‘Ratu Adil’.
Dalam pemahaman masyarakat tradisionil persepsi tentang ‘Ratu Adil’ sering digambarkan sebagai sosok pemimpin pencerah dan penyelamat yang mampu kedamaian, kemakmuran, kesejahteraan, keadilan, mengayomi dan mententeramkan sebagaimana menjadi tumpuhan harapan rakyat.
Impian akan datangnya ‘Ratu Adil’ itu sendiri mengacu pada ramalan Prabu Jayabaya, raja Kediri yang memerintah pada 1135 – 1157 masehi.
Meski saat ini sudah zaman internet dan serba digitalisasi, namum begitu masihnya banyak di antara masyarakat kita meyakini keberadaan cerita mitos kepemimpinan Ratu Adil.
Adapun kemunculan cerita mitos ‘Ratu Adil’ ini senantiasa bergulir jelang pemilihan presiden. Sudah tentu interpretatif istilah ‘Ratu Adil’ yag lahir dari produk budaya tradisionil ini ditafsirkan secara plastis dalam konteks zaman.
Disebutkan bahwa ‘Ratu Adil’ ini adalah sosok pemimpin yang merangkum tiga karakter kepemimpinan;
Pertama, berkarakter Satria Bayangkara yaitu sosok pemimpin yang memiliki kewibawaan dengan bersikap tegas, adil, mengayomi rakyatnya, juga berjiwa pemaaf terhadap lawan-lawan politiknya dengan spirit tepo seliro dan mikul dhuwur mendhem jero.
Kedua, berkarakter Satria Panandita adalah sosok pemimpin yang tidak korup, menjunjung nilai-nilai etika dan moralitas, religius, amanah dalam mengemban tugas demi kesejahteraan rakyat.
Ketiga, berkarakter Satria Raja adalah sosok pemimpin berjiwa negarawan yang mengabdi demi rakyat, bukan menjadi abdi negara demi kekuasaan yang korup.
Di tengah kegalauan terjadinya krisis multidimensional lainnya adalah sebuah kewajaran bila kemudian rakyat bermimpi mendambakan datangnya seorang pemimpin pembawa harapan transformasi perubahan bagi terciptanya kehidupan yang lebih baik, yang lebih mendamaikan, yang lebih mententramkan dan mensejahterakan.
Sebagaimana dirasakan saat ini, bangsa ini sudah memasuki sebuah fase kehidupan zaman edan, zaman penuh kepalsuan dan kemunafikan.
Sementara di tingkat kehidupan masyarakatnya sendiri (civil society) sudah mulai kehilangan keperpercayaan terhadap pemimpinnya yang dianggap sudah tidak lagi amanah dalam mengemban tugas sebagaimana cita-cita yang diamanatkan.
Sementara rakyat sendiri terus dihadapkan dan dihantui oleh harga-harga penyediaan kebutuhan pokok seperti sembako dan beban kebutuhan hidup lainnya yang terus melambung dan mencekik.
Dan di tengah terjadinya krisis multidimensional, saat ini rakyat hanya bisa berharap dan mendambakan siapa pun calon presiden (capres) terpilih di Pilpres 2019 adalah sosok pemimpin yang mencerahkan, sosok pemimpin ‘Ratu Adil’ yang prabowo notonagoro.
Ia adalah sosok pemimpin yang mampu membawa perubahan menuju Indonesia baru yang lebih mendamaikan dan mensejahterakan kehidupan dan penghidupan rakyat, serta menjadi kembali Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan bermartabat.
Sudah tentu interpretatif istilah ‘Ratu Adil’ ini ditafsirkan secara plastis dalam konteks zaman. Tapi setidaknya mitos akan kemunculan sosok pemimpin ‘Ratu Adil’ secara sosio historis masih diyakini dan masih banyak dipercaya di tengah kultur masyarakat. Semoga!
*Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, penyuka dan kolektor bambu unik, pendiri Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN)