Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Silsilah Prof Dr Yuddy Chrisnandi yang Tak Banyak Diketahui
Hampir semua orang tahu Prof Dr Yuddy Chrisnandi adalah menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dalam kabinet Jokowi JK.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM - Hampir semua orang tahu Prof Dr Yuddy Chrisnandi adalah menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dalam kabinet Jokowi-JK.
Juga pernah menjabat sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Golkar pada periode 2004 hingga 2009.
Kemudian, sebelum menduduki kursi Duta Besar RI untuk Ukraina, Georgia dan Armenia pada awal 2017, pria berdarah Sunda ini mengabdikan dirinya sebagai Tim Ahli Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Yuddy yang akrab dipanggil Prof YCH ini lahir di Bandung pada tanggal 29 Mei 1968. Menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Panitran III Cirebon (1980), SMP Negeri I Cirebon (1983) dan SMA Negeri I Cirebon (1986).
Masa remajanya banyak di kota "Empal Gentong". Kakek dari ibunya asal Bandung, uyutnya dari Kanoman Cirebon. Nah nenek dari sang ibu ini asal Bagelen-Purworejo.
Adapun kakek dari ayah berasal dari Manonjaya Tasikmalaya. Buyutnya bernama Raden Djaya Nagara, adalah Bupati/Wedana pertama Tasikmalaya berkedudukan di Manonjaya.
Adapun nenek dari ayahnya berasal dari Sebelas Ilir Sungai Musi Palembang. Kakek dari Ayahnya bernama Momo Suparma (alm), purnawiran Mayor Infrantri, kesatuan Kodam Siliwangi.
"Adik kakek saya Prof Dr Doddy Tisnaamidjaja(alm), ahli atom dan mantan rektor ITB/mantan Kepala LIPI/Mantan Dirjen Dikti/mantan Dubes RI di Perancis," ungkap Prof YCH dalam perbincangan santai di sebuah warung kopi khas Indonesia di kota Kiev Ukraina.
Yuddy ditemani Fedir Balandin President Indonesia House Ukraina sebuah wadah yang digagas Prof Yuddy untuk mempromosikan Pariwisata Indonesia.
Nah, adik kakeknya yang satu lagi Letjen Purn Solihin Gautama Purwanagara, mantan Panglima Wirabhuana Sulsel dan juga mantan Sesdalopbang era Presiden Soeharto.
Ketika bertugas di Makassar, keluarga Jusuf Kalla banyak berinteraksi dengan Solihin GP. Bahkan salah seorang putra Jusuf Kalla diberi nama Solihin. Solihin GP juga pernah menduduki jabatan sebagai Gubernur Jabar.
Ayah kandung Prof YCH bernama Yees Chrisman Tisnaamidjaja (alm). Beliau seorang PNS, dan sempat menduduki jabatan sebagai anggota DPRD Kab Garut Fraksi Golkar.
Yees Chrisman adalah alumni Fak Psikologi Unpad, Sekretaris MKGR Jawa Barat, serta pengurus AMS Jabar. Adapun ibu kandung YCH seorang ibu rumah tangga biasa bernama Tien Yuniartieny, asli Sunda kelahiran Bandung.
Gelar Professor
Pada tahun Mei 2015 Yuddy Chrisnandi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pembangunan Ekonomi Industri dan Kebijakan Publik, oleh Universitas Nasional (UNAS). Upacara penganugrahan gelar professornya dihadiri langsung wakil presiden RI Jusuf Kalla.
Secara berkelakar Jusuf Kalla menyampaikan bahwa dulu _image_ seorang professor adalah berusia tua, rambut sudah menipis dan cenderung dianggap "pikun".
"Hari ini kesan itu dirubah oleh Yuddy, dia muda, rambutnya masih tebal dan tentu tidak pikun, tapi sudah punya gelar professor," kata JK disambut tawa hadirin.
Tak banyak orang tahu perjalanan karir Yuddy di bidang akademisi. Publik, lebih mengikuti perjalanan karir politik dirinya di Golkar sejak lulus kuliah tahun 1991, bergabung di DPP Golkar mulai dari Pokja Seni Budaya hingga menjadi Calon Ketua Umum Partai Golkar pada Munas Golkar 2009.
Pada munas yang berlangsung di Pakanbaru Aburizal Bakrie terpilih sebagai Ketum Golkar, bersaing dengan Surya Paloh. Kemudian Yuddy “Hijrah” ke Hanura hingga terpilih Menjadi Menpan RB dan kembali Ke Partai Golkar setelah saat mendapatkan tugas sebagai Duta Besar.
Karir akademisnya ia lewati dengan usaha keras dan panjang. Ia mendaki dari lantai paling bawah. Setelah menyelesaikan kuliah S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Yuddy memutuskan berhenti dari dunia perbankan di tahun 90-an. Ia meneruskan kuliah S2 di Universitas Indonesia.
Saat yang sama ia menjadi staf honorer bagi dosen pembimbingnya di fakultas pasca sarjana ekonomi UI sembari menimba ilmu politik di pokja kepemudaan Partai Golkar.
Untuk mencukupi biaya hidupnya Yuddy nyambi mengajar di UNAS pada tahun 1995 hingga menjadi Dosen tetap di FE unas selepas selesai S2-nya dari FE UI.
Di kampus, Yuddy menemukan kebahagiannya. Idealisme dalam pemikirannya sebagai seorang akademisi terjaga lantaran dirinya bisa terus berinteraksi dengan mahasiswa.
Setelah meraih S3 dan terus mengajar, pada tahun 2000 ia dipercaya sebagai lektor kepala di UNAS.
Pada pertengahan tahun 2011 Yuddy memeroleh kesempatan penilaian atas kajian ilmiah, hingga akhirnya ditawari mengikuti seleksi majelis guru besar UNAS pada Januari 2012.
"Kajian saya mengenai political engineering berupa rekayasa politik elit untuk pembangunan jangka panjang diterima dan saya menjadi guru besar tingkat universitas.
Hasilnya pun dibawa lagi ke Kopertis dan diseleksi selama setahun, namun ternyata kala itu jurnal yang mengantarkan saya sebagai guru besar tingkat universitas dinilai ketinggalan jaman karena sudah terlalu lama,” ungkap Yuddy kepada wartawan ketika itu.
Penulis: Egy Massadiah
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.