Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menuduh Rizal Ramli, Andi Arief Telanjangi Diri Sendiri
Setelah tampilnya mantan menko perekonomian Era Gus Dur, Dr. Rizal Ramli (RR) di acara ILC TVOne, 17 April 2018 dengan tema #ILCBoedionoCentury
Editor: Rachmat Hidayat
Oleh M. Khabib, Aktivis 98 Jawa Tengah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Setelah tampilnya mantan menko perekonomian Era Gus Dur, Dr. Rizal Ramli (RR) di acara ILC TVOne, 17 April 2018 dengan tema #ILCBoedionoCentury, banyak pihak mengapresiasi dan salut kepada RR dengan penjelasanya soal skandal Century secara lugas, blak-blakan dan penuh keberanian.
Publik menjadi paham bagaimana sengkarut Bailout Century itu terjadi, hingga modus dan siapa saja yang harus bertanggung jawab, bahkan RR secara terbuka diacara itu meminta mantan Wapres Boediono untuk tidak bersikap pengecut dengan bertanggung jawab atas skandal Bank Century, karena waktu itu Boediono sebagai pimpinan BI yang paling bertanggung jawab.
Boediono juga diduga mendapat gratifikasi sebagai wapres setelah berhasil meloloskan skandal Bailout. Pasalnya sebelum peristiwa Bailout itu lolos, nama Boediono tidak masuk dalam daftar nama cawapres, kata RR setelah mendapat cerita dari (alm) Mayjend purn Kurdi Mustofa.
Setelah acara itu selesai, setelah publik tercerahkan dengan penjelasan sang pemilik jurus Rajawali Ngepret terkait sepak terjang agen-agen neolib merusak tatanan sistem di Indonesia, anehnya ada saja yang kalap menyerang RR dengan kata kata yang norak dan tanpa fakta.
Seperti Andi Arief (AA), menyebut RR sebagai “Sampah Demokrasi”, bahkan Andi Arief seperti jubirnya para pelaku kejahatan kerah putih skandal Bailout Century, AA menuduh RR dengan “Tidak malu malu mencium kaki Jokowi hanya untuk mendapatkan jabatan menteri”.
Barangkali AA lupa, atau pura pura bodoh atau bodoh beneran juga publik semakin tau, RR pernah menolak ditawari jabatan menteri di era pemerintahan SBY, bahkan ketika di era Jokowi, RR juga sempat menolak ditawari sebagai Menko kemaritiman, pagi sebelum pelantikan (12/08/2015) baru RR menerima, itupun setelah berdiskusi panjang dengan Jokowi.
Di era Gus Dur pun demikian, RR pernah menolak tawaran Gus Dur untuk menjadi ketua BPK dan dubes AS, baru setelah ditawari ketiga kalinya sebagai ketua Bulog, RR menerima.
Kemudian setelah jadi Menko Kemaritiman juga faktanya RR menorehkan banyak prestasi dan legacy, seperti kepretan ramalan kerugian Garuda Indonesia yang terbukti benar, ramalan kerugian Pelindo, evaluasi target proyek listrik 35.000 MW, menghentikan rencana perpanjangan kontrak Freeport sebelum waktunya, dsb yang kesemuanya terbukti benar.
Kemudian terkait kinerja RR memperjuangkan pengelolaan kilang gas Blok Masela, penurunan Dwelling time di pelabuhan Tanjung Priuk, Pengembangan 10 Destinasi Wisata Prioritas, pembentukan Badan Otoritas Pariwisata.
Membentuk COPC (Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit), kebijakan Revaluasi Aset, pemberian nama Laut Natuna Utara, dsb. Kesemuanya adalah prestasi RR ketika duduk 11 bulan dikabinet pemerintahan Jokowi.
Bahkan jauh sebelum itu, ketika era tahun 1977 - 1978, RR sudah dengan gigih berani membuat Gerakan Anti Kebodohan dan mengkritisi otoriterianisme dan KKN rezim Orde baru Soeharto, RR dan kawan-kawannya waktu itu menerbitkan Buku Putih perjuangan Gerakan Mahasiswa yang kemudian dia dan kawan-kawannya sempat merasakan dinginnya jeruji besi era Otoriterianisme.
Sebenarnya membandingkan kiprah, prestasi, dan legacy RR dengan Andi Arief seperti langit dan kerak bumi, seperti berlian dan perhiasan plastik imitasi. Publik hanya tau seorang Andi Arief tak lebih sekedar sosok yang ikut menikmati kue kue kekuasaan di era pemerintahan SBY yang mendapatkan jatah Jabatan yang kemudian digunakan untuk kegiatan “nglenik intelektual” di Gunung Padang dengan di biayai uang APBN.
Bahkan konon kabarnya gara-gara project nglenik yang absurd tersebut pada akhirnya sempat membuat SBY malu dan marah.
Selain itu publik juga menangkap dari sindiran kicauan Budiman Sudjatmiko lewat akun twitternya “@budimandjatmiko” tentang Andi Arief sosok yang dianggapnya pernah mengkhianati perjuangan teman-temannya sendiri ketika peristiwa kurun waktu 1996 - 1998;
@budimandjatmiko: Tanpa bom, gerakan massa menjatuhkan Suharto pasti muncul krn krisis di mana2. Bom yg membatalkan gerakan itu jd people power @AndiArief_AA (03/07/2015)
@budimandjatmiko:Semua skema ttg people power (bkn cuma student power) u/ jatuhkan Suharto sdh rapih. Tp jd berantakan krn aksi amatiran bom! @AndiArief_AA (03/07/2015)
@budimandjatmiko: Pada tahun 98, Anda diculik atau apakah Anda membongkar dasar organisasi kelurahan di Jkt kepada para penculik Anda untuk dimobilisasi dalam rasisme?" (25 Juni 2017)
Kicauan Budiman Sudjatmiko dan kiprah nihil 10 tahun Andi Arief ketika menikmati kue-kue kekuasan yang sempat mempermalukan Pemerintahan SBY itu telah membuka tabir dan kedok siapa sebenarnya Andi Arief, sejatinya dialah “Andi Arief Sampah Demokrasi” itu yang sesungguhnya.
Hingga berita ini diturunkan, tribun belum mendapatkan tanggapan dari Andi Arief.