Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Miris, Lagu Anak-anak Hilang Ditelan Zaman

Berbicara soal musik di era digital ini perkembangannya sangat pesat dengan berbagai aliran dan inovasinya. Musik mempunyai arti tersendiri bagi para

zoom-in Miris, Lagu Anak-anak Hilang Ditelan Zaman
TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/Hermawan Handaka
Mendengarkan lagu anak adalah bagian dari pembentuk rangsangan jiwa pada diri anak. Anak-anak adalah suatu fase umur yang sangat membutuhkan rangsangan-rangsangan positif dalam berbagai hal, salah satunya adalah lagu. Saat ini keberadaan lagu anak-anak di Indonesia semakin hari semakin langka. Hal ini bukanlah hal yang sepele, karena tanpa adanya lagu anak yang biasanya sarat akan pesan moral itu, anak-anak Indonesia akan lebih sering mendengarkan lagu-lagu orang dewasa yang tentunya sangat tidak sesuai dengan usia anak-anak. Maka dari itu pengawasan orang tua adalah yang paling utama, jangan sampai sang buah hati salah mendengarkan lagu. Model : Bintang Nararya (Usia 5 Tahun) dan Asha Madina (Usia 3 Tahun) TRIBUN JATENG/Hermawan Handaka 

Ditulis oleh: Nisrina Nur Ubay/Mahasiswa Ilmu Komunikasi/Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbicara soal musik di era digital ini perkembangannya sangat pesat dengan berbagai aliran dan inovasinya.

Musik mempunyai arti tersendiri bagi para pendengarnya. Tak ayal musik sudah menjadi elemen yang tak terpisahkan dengan para pecintanya.

Namun sangat disayangkan hal itu tak diimbangi dengan penyuguhan lagu bagi anak-anak.

Kondisi ini berdampak kepada mereka secara langsung. Seringkali anak justru lebih menjadi penikmat lagu yang tak sesuai usia mereka. 

Baca: Anggota KPU Jabar Diteror Dengan Nomor-nomor Aneh

Padahal, kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto, lagu dewasa dan remaja banyak menampilkan muatan yang tidak senafas dengan dunia anak.

“Patah hati, perselingkuhan, jatuh cinta, kekerasan dalam bercinta tak sedikit dinyanyikan oleh anak,” ujar Susanto

Berita Rekomendasi

Lirik lagu anak yang semakin kompleks terlihat anak masa kini cenderung menjiwai lagu para orang dewasa. Jika sudah terlanjur kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada anak.

Mereka hanya bisa menerima tanpa bisa memfilter dari lingkungan mereka. Peran orang tua lah untuk mendampingi jika lagu itu tak sesuai dan memperkenalkan lagu anak kepada buah hatinya.

Kemana penerus dari artis cilik Tasya dengan lagu Anak Gembala, Joshua dengan Cicicuit, dan Tina Toon dengan Bolo-bolo.

Dahulu lagu-lagu mereka dikemas dengan komposisi yang sederhana, bermuatan pendidikan, dan mudah dimengerti. Kepopuleran mereka bisa diraih berkat dukungan media yang menampilkan pada program khusus karya artis-artis cilik pada masanya. Stasiun televisi dahulu sangat bersemangat dalam menayangkan musik anak dan menggagas program yang mengekspos pendidikan anak, kondisi berbeda dengan yang saat terjadi.

Baca: Menpora Harap MXGP Tetap Jadi Agenda Tahunan di Pangkal Pinang

Dalam analisisnya Tasya Kamila menyebut ada empat hal yang memicu kurang peminat lagu anak pada zaman sekarang.


Keempat hal itu antara lain man (manusia), money (uang), method (metode), dan media.

Media televisi sekarang kurang getol menayangkan acara musik bagi anak dengan program kontes adu bakat menyanyi bagi anak. Walau ada, sayangnya peserta sering menampilkan lagu karya orang dewasa dengan tujuan komersil.

Rating acara anak mungkin belum mendapat paling tinggi. Rendahnya minat dunia kreatif dalam bidang musik untuk mengembangkan lagu anak.

Minimnya komposer yang melahirkan tembang anak-anak yang bermutu, dianggap sebagai kepunahan lagu anak, karena jika bisnis yang tidak menguntungkan maka bisnis tersebut tidak akan dijalankan.

KPAI mengimbau agar para pegiat musik mendedikasikan diri dengan menumbuhkan inovasi menciptakan lagu-lagu terbaik bagi anak Indonesia.

Lagu adalah salah satu hal yang paling disukai anak-anak. Karena musik yang ditampilkan masih sederhana dengan menggunakan Musical Instrument Digital Interface (MIDI) maka aransemennya terdengar kurang menarik minat dan tak banyak menghasilkan.

Faktanya bahwa disekolah-sekolah tidak terlalu mengajarkan lagu anak kepada para siswanya.

“Jadi solusinya itu dengan menyadarkan kembali pada orangtua dan sekolah soal betapa pentingnya lagu anak,” kata Devina. Melantunkan lagu anak tak harus merdu, yang paling penting adalah pesan dari lagu tersebut tersampaikan. 

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas