Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Hati-hati Jari Tanganmu Harimaumu
Istilah mulutmu harimaumu kini seakan sudah tergantikan dengan “jari tanganmu harimaumu. Di era digital seperti ini banyak dari kita yang hampir disep
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Istilah mulutmu harimaumu kini seakan sudah tergantikan dengan jari tanganmu harimaumu. Di era digital seperti ini banyak dari kita yang hampir disepanjang harinya dihabiskan untuk berselancar didunia maya, baik itu hanya untuk bermain sosial media ataupun sekedar membaca berita-berita yang sedang hangat diperbincangkan.
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi jika perkembangan teknologi semakin maju dan pesat. Apalagi sebagai manusia yang memiliki keinginan untuk maju, pastinya kita tidak dapat menghindari bahkan menghambat perkembangan tersebut. Justru kita mau tidak mau akan mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern ini.
Baca: Pindah ke Partai NasDem, Lucky Hakim Bantah Terima Rp 2 Miliar
Namun, seiring berkembangnya teknologi tersebut dapat memberikan efek positif dan negatif. Efek positifnya adalah dengan adanya teknologi kita dapat lebih mudah dalam mengakses sesuatu yang dibutuhkan dengan cepat dan mudah.
Cukup dengan menggunakan smartphone yang terhubung dengan koneksi internet, kita bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan tanpa perlu repot-repot untuk keluar rumah atau antri karna kita bisa melakukannya dengan duduk manis bahkan dengan tiduran pun juga bisa.
Contohnya yang sudah sering dilakukan saat ini adalah dengan berbelanja online, kita tidak harus untuk pergi ke toko atau mall. Kita hanya perlu memilih barang yang akan kita beli melalui smartphone kita lalu setelah melakukan pembayaran, kita hanya perlu menunggu barang tersebut datang sendiri ke rumah kita melalui jasa kurir yang mengantar.
Baca: Yamaha R25 Anyar Bakal Usung Sasis Baru dan Mesin VVA
Dengan adanya teknologi ini kita juga dapat dimudahkan untuk berkomunikasi dengan banyak orang. Banyak media sosial yang dapat menghubungkan kita dengan orang lainnya, contohnya seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Instagram, dan lain-lain.
Namun ada beberapa dari pengguna media sosial yang menggunakannya dengan cara yang salah. Media sosial seolah berubah fungsi menjadi tempat untuk saling menyudutkan, menyebar fitnah, bahkan menyebarkan ujaran kebencian yang digunakan untuk menjatuhkan orang lain.
Meski begitu masih banyak orang yang menggunakan media sosial sesuai fungsi sebenarnya, yaitu untuk berinteraksi antara satu orang dengan orang lainnya.
Baca: Arab Saudi Setujui Permintaan Amerika Serikat Memompa Lebih Banyak Minyak
Contoh kasus penyalahgunaan media sosial adalah terbongkarnya sindikat Saracen. Saracen merupakan sindikat penyedia jasa penyebar ujaran kebencian melalui media sosial.
Sindikat tersebut diduga aktif menyebarkan berita bohong dan mengandung SARA di media sosial. Ada banyak dari kalangan artis yang berbondong-bondong untuk melaporkan akun-akun yang sengaja mengkomentari postingan mereka dengan kata-kata kasar dan terkadang juga menyebarkan fitnah yang dapat merugikan artis tersebut.
Deddy Corbuzier dan Uya Kuya adalah salah dua yang pernah melaporkan kasus seperti ini kepada pihak yang berwajib. Oknum-oknum seperti ini merupakan contoh efek negatif dari berkembangnya teknologi.
Lebih dari 75 juta penduduk Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial, dari jumlah tersebut lebih didominasi oleh pengguna berumur 20-29 tahun yang artinya kebanyakan dari pengguna aktif media sosial tersebut adalah anak-anak muda yang masih produktif.
Media sosial yang memiliki banyak penggunanya adalah Facebook. Tidak heran jika Facebook merupakan tempat yang sangat sering digunakan untuk meyebarkan ujaran kebencian dan juga berita-berita hoaks.
Selain itu, Twitter juga temasuk media sosial yang memiliki pengguna yang banyak. Di Twitter juga banyak sekali akun-akun yang terkadang sengaja untuk menyebarkan konten-konten SARA. Indonesia adalah pengguna Twitter terbanyak kelima, namun pertama dalam memposting tweet negatif.