Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Surat Terbuka Politisi PKS Mahfuz Sidik untuk Anies Baswedan,Gubernur DKI Jakarta
Nama saya Mahfuz Sidik bin Ahmad Suryani, lahir di Jakarta 52 tahun lalu, dari pasangan ayah-ibu yang asli Jakarta.
Editor: Rachmat Hidayat
Oleh Poltisi PKS Mahfuz Sidik,
Warga DKI Jakarta
NIK 3174032509660005
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Bismillahirrohmanirrohim. “Demi Allah saya bersumpah, akan memenuhi kewajiban saya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya”, janji Anies dan Sandi ketika disumpah.
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh. Yth Bapak Anies Rasyid Baswedan, Gubernur DKI Jakarta.Dengan rendah hati, saya ingin memperkenalkan diri sebagai salah seorang warga Bapak yang berdomisili di Jakarta Selatan. Nama saya Mahfuz Sidik bin Ahmad Suryani, lahir di Jakarta 52 tahun lalu, dari pasangan ayah-ibu yang asli Jakarta.
Saya ingin mengawali dengan doa keberkahan agar Bapak selalu diberi kekuatan, bimbingan dan pertolongan dari Allah SWT agar mampu melaksanakan tugas dan amanah sebagai Gubernur DKI Jakarta – pemimpin kami – dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.
Bapak Gubernur Yth:
Dua bulan terakhir ini, saya kerap membaca dan menonton berita tentang sejumlah politisi dan pimpinan partai yang mendorong-dorong Bapak sebagai calon wakil presiden, dan bahkan sebagai calon presiden. Sebagai pribadi yang menilai Bapak sebagai sosok orang baik, tentu ikut bangga dan gembira. Namun berita-berita itu - yang mulai “memaksa” Bapak ikut berkomentar - juga menyisipkan rasa gelisah dan cemas dalam diri saya.
Sebagai warga asli Jakarta, saya mengalami kepemimpinan 11 Gubernur dan Plt Gubernur DKI Jakarta sejak tahun 1966. Dimulai era Ali Sadikin, Tjokropranolo, Soeprapto, Wiyogo, Soerjadi, Sutiyoso, Fauzi Bowo, Joko Widodo, Basuki CP, Djarot SH sampai Gubernur Anies Rasyid Baswedan.
Seingat dan sepengetahuan saya, proses pemilihan Gubernur pada tahun 2017-lah yang paling heboh, panas, dan menguras energi masyarakat Indonesia. Belum pernah saya menyaksikan begitu banyak doa dilantunkan di rumah, musala, masjid dan majlis taklim untuk terpilihnya Anies-Sandi sebagai Gubernur dan
Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
Bahkan saya menyaksikan bagaimana pada hari Rabu subuh, tanggal 19 April 2017, begitu banyak warga Jakarta yang menghadiri salat subuh berjama’ah di masjid dan musholla. Mereka bermunajat untuk kemenangan Bapak, sebelum menuju TPS memastikan hak pilihnya.
Akhirnya, Alhamdulillah, Allah memberikan kemenangan kepada Anies-Sandi pada putaran kedua dengan dukungan 3,24 juta suara atau 57,96%. Kalimat pertama yang saya dengar dari banyak warga adalah: “Alhamdulillah, Allahu Akbar!”
Lalu dengan rasa haru dan bangga, saya dan banyak pemilih Bapak menjadi saksi atas kalimat sumpah pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 di Istana Negara yang megah.
Bapak Gubernur Yth. Kenapa terselip rasa gelisah dan cemas dalam diri saya? Karena setelah mengikuti hiruk-pikuk berita di media, muncul pertanyaan di kepala saya: “Akankah saya kehilangan sosok Anies Rasyid Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta yang telah saya pilih berama tiga jutaan warga lainnya?
Jika pemimpin itu diposisikan sebagai imam bagi ummat, “Apakah sang Imam akan meninggalkan ummatnya di fase awal perjalanan perjuangan ini?”