Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menjadi Nationalist Entrepreneur, Bukan Hanya Entrepreneur
Di tengah persaingan yang sedemikian besar antara pengusaha asing dan dalam negeri, hampir semua industri penting di Indonesia adalah milik atau didan
Ditulis oleh Donny Susilo MBA, Pendiri cumajob.com, konsultan business plan dan pendiri Jakarta Business Plan Training Club dengan lebih dari 1000 member
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah persaingan yang sedemikian besar antara pengusaha asing dan dalam negeri, hampir semua industri penting di Indonesia adalah milik atau didanai oleh perusahaan asing.
Kendatipun permintaan masyarakat Indonesia meningkat khususnya pada segmen kelas menengah, namun Indonesia tetap menjadi market dan profit dari sebagian besar perusahaan yang didanai perusahaan asing tentu muaranya kembali pada asing.
Baca: Perkenalkan Regina Sang Vokalis Baru, Personel Geisha Tegaskan Posisinya Bukan untuk Mengganti Momo
Dalam sejarah perkembangan kewirausahaan di Indonesia, sudah bukan rahasia lagi jika permasalahan utama startup di Indonesia adalah terkait askes ke permodalan, hal ini disebabkan karena pada umumnya, perusahaan-perusahaan start-up tidak mempunyai agunan yang memadai untuk mengajukan kredit.
Peluang itulah yang dimanfaatkan oleh banyak investor individu (angel investor) dan investor berbentuk badan hukum (venture capitalist) asing untuk beramai-ramai datang ke Indonesia, berharap dapat memperoleh keuntungan yang besar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Akankah hal ini dapat dibatasi? Banyak kontroversi yang terjadi di masyarakat terhadap kebijakan pemerintah baru-baru ini terhadap negative investment list, pasalnya pemerintah semakin lebar membuka kesempatan investor asing untuk masuk pada industri-industri yang dulunya dilarang.
Hal ini tidak hanya membuat gentar pemain dalam negeri yang belum yakin dirinya siap bersaing dengan pemain kelas dunia atau tidak, namun juga dianggap sebagai kebijakan yang tidak nasionalis oleh sebagian orang yang berpikir skeptis.
Menurut saya wirausahawan boleh belajar dari negara luar, transfer teknologi sangat penting untuk kemajuan bangsa kita.
Baca: Bendera Asian Games Pakai Bambu Diejek di Social Media, Sandi: Jangan Dengki
Namun lebih penting lagi adalah bagaimana startup ini bisa tumbuh, menjadi internasional dan kemudian dapat mempromosikan identitas Indonesia ke seluruh dunia.
Batik air adalah panutan yang sangat bagus dalam konteks kewirausahaan yang nasionalis, semangat nasionalisme untuk memperkenalkan batik Indonesia ke seluruh dunia telah tertanam dan terimplementasi di dalam desain dan identitas perusahaan mereka.
Di dalam globalisasi sekarang ini, menurut saya tantangan untuk menjadi wirausahawan adalah wirausahawan yang tidak lupa dengan negeri sendiri, negara yang besar karena masyarakatnya mencintai negaranya sendiri, sehingga akhirnya energi tersebut dapat terpancarkan ke seluruh dunia, sebagai contoh Amerika, berapa banyak orang asing yang sangat mencintai negara tersebut lebih dari negaranya sendiri.
Hanya ada satu hal yang dapat mengubah Indonesia yang sekarang ini hanya menjadi pasar untuk kemudian kedepannya menjadi trend setter dunia yaitu mindset.