Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Siswa Tidak Sarapan Berangkat ke Sekolah Jadi Tantangan Pendidikan Dasar di Sumba Tengah

Tingginya persentase siswa yang berangkat ke sekolah tidak sarapan terlebih dahulu, disinyalir menjadi salah satu kendala besar kualitas siswa di Sumb

zoom-in Siswa Tidak Sarapan Berangkat ke Sekolah Jadi Tantangan Pendidikan Dasar di Sumba Tengah
ISTIMEWA
Tingginya persentase siswa yang berangkat ke sekolah tidak sarapan terlebih dahulu, disinyalir menjadi salah satu kendala besar kualitas siswa di Sumba Tengah. Ini terungkap dalam Pertemuan Konsultasi Publik Hasil Analisis APBD Fungsi Pendidikan Sumba Tengah yang diselenggarakan di Aula Kantor Bupati Sumba Tengah, 20 Juli 2018. 

Siaran Pers Inovasi

TRIBUNNEWS.COM, NTT - Tingginya persentase siswa yang berangkat ke sekolah tidak sarapan terlebih dahulu, disinyalir menjadi salah satu kendala besar kualitas siswa di Sumba Tengah.

Ini  terungkap dalam pertemuan konsultasi publik hasil analisis APBD fungsi pendidikan Sumba Tengah yang diselenggarakan di Aula Kantor Bupati Sumba Tengah, 20 Juli 2018.

Baca: Titik Api Padam, Kabut Asap di Riau Hilang

Menurut Wakil Bupati Sumba Tengah, Umbu Dondu, banyak anak-anak yang berangkat sekolah tidak sarapan lebih dahulu.  Akibatnya mereka tidak bisa konsentrasi penuh  dan  kurang dalam menyerap pelajaran yang disampaikan guru di kelas dan akhirnya kualitas mereka menjadi berkurang.

Padahal  alokasi dana pendidikan dalam APBD Sumba Tengah cukup tinggi. Dari total APBD 589 milyar tahun ini, 120 milyar lebih dialokasikan untuk pendidikan.

Namun, menurut wabup, besarnya alokasi pendanaan tidak akan bisa menampakkan hasil memuaskan jika penerima layanannya yaitu siswa tidak mendukung terciptanya kondisi yang memungkinkan menerima pembelajaran.

“Lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap siswa,” ujarnya.

Berita Rekomendasi

Besarnya siswa yang tidak sarapan ini dipertegas oleh Kristopel, Ketua Komite SMP di Sumba Tengah yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Baca: Kini Sudah Besar, Baim Cilik Masih Terlihat Menggemaskan

Ia menyatakan bahwa persentasenya bahkan bisa mencapai diatas 75%. Selain tidak sarapan, sebagian besar juga tidak diberikan uang saku untuk makan atau jajan.

“Kesadaran orang tua terhadap pendidikan masih belum tinggi. Mereka juga jarang membantu siswa mengerjakan PR dan tidak memberikan gizi secukupnya agar siswa bisa bertumbuh kembang dan mampu menyerap pembelajaran lebih baik. Bagaimana mereka menyerap pembelajaran dengan baik, kalau mereka lemas dan tidak bersemangat karena belum sarapan,” ujarnya.

Ditambah dengan masalah lain seperti tingkat absensi siswa yang tinggi, banyaknya guru yang tidak terlatih dan masih lulusan SMA, tingginya persentase anak yang tidak sarapan pagi disinyalir berkontribusi menjadi salah satu sebab juga rendahnya persentase siswa yang layak  naik kelas  di daerah tersebut.

“Berdasarkan penelitian dengan menggunakan instrument EGRA yang dilakukan program ACDP tahun 2016, hanya 23 % siswa kelas dua yang layak naik kelas tiga, selebihnya 77 persennya sebenarnya belum layak,” ungkap Hironimus Sugi, Provincial Manager INOVASI di Sumba dalam paparan Konsultasi Publik tersebut.

Mereka dianggap tidak layak naik kelas karena kemampuan membaca siswa kelas awal tersebut sebenarnya masih kurang.  Seperti diketahui, hasil penelitian ACDP pada tahun 2016 yang dilakukan di daerah Sumba, kurang lebih 30% siswa kelas dua pada akhir tahun yang bisa membaca sesuai yang diharapkan untuk tingkatan kelas dua. Kebanyakan siswa  yang diteliti belum mengenal huruf.

Selain peran orang tua yang kurang dalam menstimulasi dan memfasilitasi belajar anak -menurut Wakil Bupati Sumba Tengah, tingkat literasi yang rendah juga disebabkan oleh jarangnya buku-buku khusus yang mengajarkan membaca huruf pada siswa.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas