Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
TNI AD Ajak Seluruh Komponen Bangsa Saring Informasi di Media Sosial
Perubahan paradigma teknologi informasi tengah mengalami transformasi yang sangat signifikan. Perluasan informasi yang masif di media sosial saat ini
Siran pers Kodam Jaya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perubahan paradigma teknologi informasi tengah mengalami transformasi yang sangat signifikan.
Perluasan informasi yang masif di media sosial saat ini mampu merubah cara berpikir dan bersikap publik terhadap suatu fenomena yang berada di sekitar kita.
Baca: Mandra Curi Perhatian di Antara Konflik Segitiga Doel, Sarah, dan Zaenab
Etika jurnalistik yang selama ini di junjung tinggi oleh media cetak, elektronik dan daring pun kini tengah mengalami vibrasi informasi akibat isu-isu yang di hembuskan melalui media sosial.
Baca: Oknum Pejabat Kemenag Solo Kembalikan Uang Pungli Rp 375 Juta kepada 15 Korbannya
Tidak jarang opini publik terbangun oleh kesesatan isu yang dihembuskan melalui akun-akun medsos yang mengabaikan etika publikasi dan informasi serta norma yang ditetapkan dalam amanah UU nomor 19/2019 tentang ITE.
Dapat dipahami jika jalur pintas yang ditempuh oleh para warganet sebagai bentuk penyampaian aspirasi publik yang tidak terserap secara baik dalam media mainstream ataupun pihak-pihak lain yang terkait.
Baca: TGB Mundur dari Partai Demokrat, Agus Hermanto: Barangkali Ingin Fokus Kampanye Mendukung Jokowi
Namun, hal ini menjadi berbeda jika konten-konten yang siarkan justru menjadi sumber kesesatan logika (logical fallacy) yang disebabkan oleh kesalahan pemilihan bahasa dan relevansi materi.
Jika ini terjadi dan dijadikan rujukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kehidupan kemasyarakatan yang plural, niscaya akan menimbulkan overload informasi dan berimplikasi pada kebingungan pengambilan keputusan baik individu, kelompok maupun institusi.
Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya berita-berita bohong dan ujaran kebencian yang berujung kepada pertentangan antar kelompok dan dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu, dapat kita sadari, konten-konten yang di kibaskan di media sosial berhasil mendegradasi kepercayaan publik terhadap institusi bahkan pemerintah. Situasi tersebut membuktikan bahwa dinamika dunia maya yang penuh dengan fantasi telah berhasil merubah realita kehidupan.
Baca: Sindiran Keras Ridwan Kamil untuk Oknum Suporter Anarkis: Puasa Rusak Kursi Stadion?
Beragam kesesatan logika saat ini berkembang dengan luar biasa tidak hanya terkait dengan pemaksaan ideologi/kepercayaan namun juga diskusi yang tidak mau terbantahkan, pemaksaan opini mayoritas, dan lain sebagainya.
Berbagai kesesatan tersebut sesungguhnya bertentangan dengan hak-hak publik untuk mendapatkan informasi dan berita yang terbuka dan memiliki nilai-nilai kebenaran yang terkonfirmasi.
Terkait dengan hal tersebut dan untuk mendukung silogisme publik, maka didalam media sosial harus didukung dengan perangkat infomasi baik dan benar yang didasari pada landasan moral dan etika profesi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.