Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Cetak Ribuan Trainer Perhotelan, Indonesia Gandeng Tafe Queensland Australia
AJAR.id sebagai portal belajar perhotelan Indonesia melakukan kerja sama dengan TAFE Queensland, Australia.
Editor: Fathul Amanah
BRISBANE, TRIBUNNEWS.COM - Perkembangan bisnis di bidang perhotelan kian meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan riset yang dirilis Indonesian Hospitality Learning Center, Indonesia diprediksi akan memiliki 2,6 juta kamar dengan kebutuhan tenaga kerja profesional sejumlah 1,8 juta.
Di mana 100% dari mereka diprediksi berasal dari generasi millenial yang merupakan sumbangan terbesar dari surplus bonus demografi di Indonesia.
Untuk mengantisipasi kesiapan tenaga profesional, pemerintah Indonesia telah menyiapkan berbagai perangkat undang-undang dan peraturan yang disebut sebagai tiga pilar utama.
Pilar pertama adalah standar kompetensi nasional dan ASEAN yang telah dirumuskan pihak Industri atau pengguna.
Pilar kedua yaitu lembaga pendidikan formal dan non formal yang merupakan implementasi pilar pertama dalam bentuk pembelajaran berbasis kompetensi.
Sementara pilar ketiga adalah sertifikasi kompetensi yang bertujuan memastikan penguasaan kompetensi.
Namun, kemampuan lembaga pendidikan untuk merealisasikan hal tersebut rupanya masih diragukan oleh Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi, Ir Sumarna F. Abdurrahman di Jakarta pada (8/8/2018).
Untuk menyiapkan tenaga profesional yang kompeten, AJAR.id memandang setiap pengajar harus menguasai keterampilan.
Mulai dari menganalisa kebutuhan pelatihan, merancang materi, merencanakan pelatihan, menggunakan metode belajar yang tepat hingga mengevaluasi hasil pelatihan.
“Melatih itu perlu keterampilan, semua alur dan metode yang dipilih harus tepat, tidak asal”, ujar Ikin Solikin, Chairman of AJAR.id (2/11/18).
Lebih lanjut, Ikin menjelaskan implementasi kerangka kurikulum Indonesia masih sangat minim dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Kamboja, Myanmar dan Laos.
Padahal Indonesia merupakan ketua sekertariat proses pembangunan kompetensi standar ASEAN selama 10 tahun terakhir.
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, Indonesia harus mencetak ribuan pelatih baik dari kalangan akademisi maupun profesi.