Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sel Khusus yang ''Menundukkan'' John Kei
Kami berbincang tak lebih dari 30 menit. Aku tidak pernah menyangka pria yang sekarang dihadapanku ini telah berubah sejak menjalani hukuman.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNERS - Tampilannya kurang pas. Badan penuh tato, lengan kekar berotot itu jemari kanannya memegang canting. Dia sedang membatik.
Sementara tangan kirinya menahan agak mengambang pada kain putih untuk menyerap tinta yang baru diusapkan.
Begitulah penampilan John Kei. Pria yang dulu dikenal garang dan menakutkan itu aku temui pekan pertama November lalu, di Lapas Nusa Kambangan, Cilacap.
Senyum hangat mengembang saat aku menyapanya. Jabat tangannya menggenggam hangat menyambut salam yang kusodorkan. “Saya Ratna, Bang…! Dari Kantor Staf Presiden,” begitu salam yang kusampaikan.
Kami berbincang tak lebih dari 30 menit. Aku tidak pernah menyangka pria yang sekarang dihadapanku ini telah berubah sejak menjalani hukuman lima tahun terakhir.
Sebelumnya dia dikenal sebagai pria yang tak ragu menggunakan kekerasan di kawasan Ibukota, Jakarta. Kebebasan dan kekuasaannya runtuh setelah pengadilan menjatuhkan vonis 16 tahun penjara atas kasus pembunuhan Bos Sanex Steel Indonesia ,Tan Harry Tantono, pertengahan 2013 lalu.
Baca: Napi Teroris Kasus Bom Surabaya Meninggal di Nusakambangan
Putusan pengadilan itu sekaligus membawa John Refra Kei harus diungsikan dari Lapas Salemba, Jakarta ke pulau penjara Nusakambangan.
Di tempat baru, John Kei menempati penjara super maximum, sebuah blok khusus bagi narapidana yang dianggap berisiko tinggi, selama tiga bulan.
Di sini napi mendapat perlakuan berbeda. Satu napi ditempatkan dalam satu kamar yang dilengkapi kamera pengintai sepanjang waktu. Semua aktifitasnya terpantau dan terekam. Ransum makan dikirimkan ke kamar masing-masing.
Baca: Dituding Rebut Ahmad Dhani dari Maia Estianty, Mulan Jameela: Punya Alasan Harus Nikah dengan Saya
Napi tidak dapat berbicara dengan napi lainnya, kunjungan keluarga dibatasi, bahkan napi hanya berhak keluar sel maksimal sejam dalam satu hari.
Kelar tiga bulan, John Kei dipindahkan ke Lapas Permisan yang berkategori medium risk atau resiko menengah.
Masih bagian dari Nusakambangan. Pria kelahiran Pulau Kei di Maluku itu berkesempatan berinteraksi dengan manusia. Dia juga mulai diajari untuk memiliki keterampilan. Dan ternyata, John Kei memilih untuk belajar membatik. Keren.
Di sela hari-hari membatiknya, dia juga habiskan untuk membaca dan beribadah. “Saya dulu tidak pernah ada waktu untuk ibadah. Tapi Nusa Kambangan membawa Tuhan hadir di diri saya,” kata John Kei. Kehadiran Sang Pencipta itu dirasakannya bersamaan dengan saat dia nyaris mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.
Tapi kemudian dia berupaya berbicara kepada Tuhan. “Kalau saya mati, saya mau masuk surga. Bukan masuk neraka kerena bunuh diri,” katanya.