Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Apakah Anda Masih Suka Bernostalgia dengan Pertanyaan “Piye Kabare Enak Jamanku To?”

Jadi, pertanyaan, “Piye kabare. Enakan jamanku to?” tidak perlu dijawab. Namanya saja retorika.

Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Apakah Anda Masih Suka Bernostalgia dengan Pertanyaan “Piye Kabare Enak Jamanku To?”
/Warta Kota/adhy kelana
RINDU ZAMAN SOEHARTO - Stiker bergambar foto mendiang mantan Presiden Soeharto dengan melambaikan tangan dan bertuliskan "Piye Kabare Bro? Penak Jamanku toh", terpampang di kaca belakan angkot jurusan Depok-Pal, Rabu (3/7) yang tengah melintas di Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat. Tingginya harga kebutuhan pokok dan naiknya BBM membuat masyarakat merindukan rezim Soeharto. (Warta Kota/adhy kelana/kla) 

Unggahan itu diberi coretan di bawahnya: “Enak jamanku to?”

Janji dan bukti

Mana ada kampanye tanpa janji? Pertanyaannya, apakah janji itu digenapi setelah menjabat? Itu sebabnya rekam jejak setiap anggota caleg maupun capres perlu kita cermati.

Penyampaian visi dan misi pun kita telaah dan tidak kita telan mentah-mentah.

Salah satu pertanyaan penting di sini adalah apakah visi dan misi itu realistis atau hembusan ‘angin surga’ yang tidak jelas kapan akan menitis.

Frasa ‘seharusnya begini’ dan ‘seharusnya begitu’ perlu kita waspadai. Mengapa? Kata ‘seharusnya’ itu bisa jadi hanya utopia yang ternyata tidak bisa diwujudkan sendiri oleh yang mengatakannya. Ketimbang berangan-angan membangun istana di atas awan, mengapa tidak membangun rumah layak huni yang langsung bisa ditinggali?

Sudahlah, jaga telinga kita baik-baik agar tidak semakin tipis dikikis orang-orang yang pesimis dengan mengatakan tempe setipis kartu ATM atau uang Rp 50 ribu dapat apa.

Berita Rekomendasi

Jangan-jangan yang mengatakan hampir tidak pernah makan tempe apalagi belanja dengan uang Rp 50 ribu. Orang yang biasa makan ala fine dining dan menyuruh orang lain untuk belanja, mana pernah menginjak pasar tradional, kecuali menjelang pileg dan pilpres saja.

Percayalah, pencitraan tidak pernah mendapat piala citra. Yang didapat justru cibir dan cerca.

Jadi, pertanyaan, “Piye kabare. Enakan jamanku to?” tidak perlu dijawab. Namanya saja retorika.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas