Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Narkotika, Seksualitas dan Kekuasaan
Mungkinkah karena pamornya mulai meredup lalu terjangkit “post power syndrome” sehingga ia mengonsumsi narkotika? Bisa jadi.
Editor: Hasanudin Aco
Bagi mereka yang karier politiknya mulai meredup, dan mulai terjangkit “post power syndrome”, dunia hiburan malam juga sering kali menjadi tempat pelarian, dan sekali lagi, hiburan malam identik dengan perempuan (seksualitas) dan narkotika.
Dengan narkotika dan seksualitas, seorang politisi kembali merasa pulih kekuatannya.
Itulah, mengapa kemudian banyak politisi terjerat kasus narkotika. Andi Arief bukan politisi pertama yang ditangkap polisi karena diduga mengonsumsi narkotika. Ada mantan Bupati Ogan Ilir sekaligus politikus Partai Golkar Ahmad Wazir Noviadi Mawardi (2016), anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Bali, I Nyoman Wirama Putra (2017), politikus Partai Golkar Indra J Piliang (2017), dan Ketua DPD PAN Jambi berinisial HZ (2018).
Lalu, mantan Wakil Ketua DPRD Bali dan politikus Partai Gerindra Jro Gede Komang Swastika (2018), kader Partai Nasdem Ibrahim Hasan (2018), anggota DPRD Kabupaten Gorontalo dari Partai Golkar Amin Mootalu (2018), dan mantan Ketua DPRD Kabupaten Buton Selatan dari PAN, La Usman (2018).
Kembali ke Andi Arief, ia bukanlah politisi yang tak berkarakter. Sebagai mantan ativis 1998 yang gigih menentang kekuasaan otoriter rezim Orde Baru, karakternya sebagai sosok yang berintegritas bahkan sangat kuat. Jeruji penjara tak mampu membuat dia menyerah.
Namun, mengapa kini ia terjerumus ke dalam lembah hitam narkotika, bahkan mungkin seksualitas yang tak bernorma? Jawabnya: kekuasaan!
Mungkinkah karena pamornya mulai meredup lalu terjangkit “post power syndrome” sehingga ia mengonsumsi narkotika? Bisa jadi.
Lalu, sejak kapan mantan Staf Khusus Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu mengonsumsi narkotika? Bila menilik pesan “terselubung” mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD kepada Andi Arief di akun Twitter-nya pertengahan Januari 2019, mungkin pada Minggu nahas itu bukan pertama kali ia mengonsumsi narkotika.
Belakangan, Andi Arief memang berubah menjadi sosok politisi yang kontroversial. Ia, misalnya, menyerang calon presiden Prabowo Subianto sebagai “jenderal kardus” karena tidak memilih Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon wakil presiden, dan lebih memilih Sandiaga Uno yang ia duga telah memberi “mahar” PAN dan PKS masing-masing Rp 500 miliar.
Andi juga diduga turut menyebar berita bohong atau hoaks soal tujuh kontainer surat suara Pemilu Presiden 2019 yang sudah dicoblos di Pelabuhan Tanjung Priok.
Apakah itu semua terjadi karena pengaruh narkotika pada diri Andi Arief? Biarlah waktu yang menjawab.
Drs H Sumaryoto Padmodiningrat MM: Politisi/mantan Anggota DPR RI.