Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pulang Kampung Menengok Pohon
Awal April 2019, jenderal berbintang tiga ini melaksanakan tugas kunjungan kerja ke Ambon dalam kapasitasnya sebagai Kepala BNPB.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM - Pernah pulang kampung? Menengok sanak keluarga, napak tilas ke tempat tempat yang menyimpan banyak kenangan? Umumnya, itu yang dilakukan kebanyakan orang saat pulang kampung.
Bagi Letnan Jenderal Doni Monardo, catatan pulang kampungnya mesti ditambahkan dengan agenda "menengok pohon pohon", laiknya menengok sanak famili. Kok bisa ? Begini kisahnya.
Doni Monardo adalah Pangdam Pattimura Ambon 2015 hingga 2017. Saat bergeser tugas menjadi Pangdam Siliwangi Jawa Barat November 2017 warga Ambon menganugrahi Doni sebagai warga kehormatan bumi Pattimura.
Memang terlalu banyak kenangan terselip di lubuk sanubari Doni selama dua tahun bertugas di Maluku. Semua itu menjadi kenangan indah dan kadang menimbulkan keharuan.
Awal April 2019, jenderal berbintang tiga ini melaksanakan tugas kunjungan kerja ke Ambon dalam kapasitasnya sebagai Kepala BNPB.
Baca: Kepala BNPB: Anak-anak yang Paling Penting
Diantaranya menjadi pembicara utama dalam Musrembang Pemprov Maluku, Rakor Kesiapsiagaan Bencana Se Kodya Ambon dan menyaksikan deklarasi "Katong Jaga Alam, Alam Jaga Katong," di desa Hatu bersebelahan Bandara Pattimura.
Di luar hajatan dinas itu, Doni memanfaatkan waktunya untuk menengok pohon pohon yang pernah ia tanam saat bermukim di Maluku. Sambil olah raga pagi, Doni mampir ke Stadion Mandala Remaja Ambon.
Inspeksi Barisan Pohon
Di sekeliling stadion, layaknya menginspeksi pasukan, Doni menyapa satu persatu pohon pohon yang pernah ia tanam, kini rata rata tingginya sekitar 4 sampai 10 meter.
Sang pohon seakan akan meluapkan kegembiraannya atas hadirnya Doni, orang yang menanam dan juga merawatnya. Kolonel Hasyim pun gesit menyiapkan kelapa muda yang diminum langsung dari batoknya.
"Itu kebiasaan beliau sewaktu menjabat panglima, " kisah Kolonel Hasyim Lalhakim mantan Kapendan Pattimura yang berdarah Makassar ini.
Setelah itu, ditemani Koorspri Ka BNPB Kolonel Budi Irawan Akmil 1991 yang juga mantan Dandim Bogor, Doni mengunjungi Batalyon Masariku yang ditempuh sekitar 30 menit berkendara dari kota Ambon.
Disambut para perajurit Batalyon Masariku, Doni kembali napak tilas menyapa satu persatu pohon pohonnya.
Senyumnya sumringah menghirup aroma udara sekeliling Batalyon. Gemericik ratusan ikan koi indah sama sekali tidak mengkeruhkan air bening yang mengalir mungil di kolam milik warga batalyon.
"Jaga batalyon ini, biarkan tetap hijau," pesan Doni kepada Letkol Pantouw Akmil lulusan 2000 yang menjabat sebagai komandan batalyon.
Pantouw tersenyum dan hampir terpingkal saat Doni memintanya menceritakan kembali pengalamannya menanam pohon di Kariango Sul Sel 2007 silam.
Menurut Pantouw, kala itu, ia dan rekan rekannya mendapat tugas dari Kolonel Doni untuk mengambil kotoran sapi langsung dari kandang.
"Bayangkan aja kami kadang kena sembur kotoran sapi yang masih segar, " kenang Pantouw seraya manambahkan untuk mengambil kotoran sapi Doni tidak hanya memberi perintah namun ikut terjun langsung mengangkut sekaligus merasakan aroma kotoran sapi di kandangnya.
Kotoran itu kemudian mereka keringkan untuk menyuburkan pohon pohon yang ditanam sekitar bandara Hasanuddin Makassar.
Kepada para perajurit yang menemani pagi itu Doni menyemburkan semangat.
"Beruntung kalian bertugas di tempat seperti ini. Jangan berkecil hati jauh dari kota. Makin sering Anda dapat masalah makin matang
Anda menyelesaikan masalah. Pengalaman terbaik adalah mampu menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat," pesan Doni.
Masih di sekitar Batalyon, tiba tiba langkah Doni terhenti. Ada tujuh titik bekas tebangan pohon menyita perhatian suami dari Santi Ariviani ini.
Doni meminta staf batalyon untuk mencari tahu siapa yang menebang pohon dan apa maksudnya. Tak hanya itu, ayah tiga anak ini juga segera memerintahkan mengambil bibit pohon pengganti dengan tinggi minimal 1,5 meter untuk ditanam kembali.
"Rumusnya kalau anda tebang 10, anda harus tanam 100 pohon, dengan asumsi yang bisa tumbuh hanya sekitar 20 sampai 30 pohon, " pesan Doni.
Sebelum meninggalkan batalyon, yang tak kalah serunya, Doni menghampiri sebuah pohon alpukat yang berdaun rimbun. Mirip gerakan "dukun" Doni seakan akan mengajak sang ranting dan daun berbincang.
"Dulu pohon ini gak pernah berbuah, setelah saya datangi dan ngobrol, eh gak berapa lama kemudian ternyata berbuah," kisah Doni.
Pelari Tangguh dan Plastik
Pulang kampung tak cuma menengok pohon. Sesaat setelah mendarat di Ambon, Doni menyapa lautan.
Dari bibir pantai Natsepa, ditemani hampir 50 an perjurit Kodam Pattimura Doni nyemplung ke laut melakukan olah raga renang. Jarak tempuhnya sekitar 1000 meter.
Menjelang finish spontan Doni mengajak semua perenang untuk memunguti sampah plastik yang berserakan di sekitar pantai.
Di Ambon Doni pun menyempakan mampir ke warung kopi Lela di Jalan Sam Ratulangi. Semangkuk bubur ayam dan aneka kue khas Ambon berbahan baku sagu ludes disikat.
Tak sengaja pria berdarah Padang kelahiran Cimahi ini berjumpa dengan Mateous Berhitu. Kepada rombongan Doni memperkenalkan pria 46 tahun asal Desa Akoon, Nusa Laut Kab Maluku Tengah.
Mengangumkan, Mateous ternyata adalah seorang pelari alam tangguh dengan sederet prestasi.
Mantan supir angkot ini pernah mengikuti Ultra Marathon 320 km dari Pototano Sumbawa dan finish sebagai juara satu di Dorongcana Dompu NTT.
Juga juara marathon di Malaysia dengan jarak 110 km. Pada tahun 2017 Mateous menjuarai juga lomba lari keliling Kebun Raya Bogor.
"Peserta yang berhasil finish hanya empat orang dan saya juara satu, " kenang Mateous yang merupakan pelari binaan Kodam Pattimura.
Lalu apa resepnya hingga tangguh dan selalu juara. Singkat Mateous berujar,
"Banyak latihan dan banyak makan ikan." Dan yang tak kalah pentingnya dukungan total dari Kodam XIV Pattimura menfasilitasi sang pelari baik saat latihan maupun ketika berlomba.
Kuliner dan Wisata
Ambon memang kaya raya. Tak hanya alamnya, namun juga sejarah, budaya dan makanannya. Kalau berkunjung ke Ambon beberapa titik kuliner wajib untuk dicicipi. Restoran Apong dengan aneka sea foodnya dengan cita rasa khas kuliner bumbu Makassar tak boleh terlewatkan.
Ada juga warung ikan Kole Kole dengan steak tunanya yang membuat lidah berjingkrak. Serunya, semua disajikan dengan singkong, ubi, pisang rebus dan aneka sagu.
Tentunya bersama sambel dan sup ikan kuah kuning. Sungguh sebuah sensasi tenggorokan yang tak akan terlupakan.
Di bandara Pattimura Ambon, sesaat sebelum bertolak kembali ke Jakarta saya tiba tiba teringat ucapan Irjen Pol Purn Murad. Saat silaturahim makan malam di rumahnya, gubernur Maluku terpilih itu berkelakar, berucap lantang di depan hadirin termasuk Doni.
"Kedepan saya minta tak ada lagi yang menebang pohon. Bagi yang terlanjur menebang pohon segera sadar, kalau tidak saya doakan masuk neraka dan di dalam neraka penebang pohon dan perusak hutan tersiksa dihimpit, ditindih batang batang pohon yang sudah ia tebang, " kelakar Murad lulusan Akpol 1985 seangkatan Doni Monardo.
Sio mama, kalau kelakar itu terwujud maka Maluku semakin indah dan terawat. Cao.
Catatan Perjalanan Egy Massadiah dari Bumi Raja Raja