Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengembalikan Karakter Adiluhung Bangsa: Refleksi Memperingati Hari Pendidikan Nasional 2019
Dunia pendidikan kita menghadapi dua tantangan yang serius, yakni perubahan perilaku sosial dan perilaku individual yang merusak nilai adiluhung.
Editor: Dewi Agustina
DUNIA pendidikan kita saat ini menghadapi dua tantangan yang serius, yakni perubahan perilaku sosial dan perilaku individual yang merusak nilai-nilai adiluhung bangsa.
PERTAMA, politik, terutama pilkada dan pilpres telah banyak mengubah karakter dan perilaku sosial kita.
Karakter agung masyarakat kita yang relijius, jujur, toleran atau saling menghormati, kalem, dan murah senyum.
Dalam pergaulan sehari-hari, terutama di dunia media social, sifat-sifat itu terasa semakin menjauh.
Masyarakat kita menjadi semakin mudah marah, mudah menghina dan mengejek, mudah menyalahkan orang lain, dan agresif menyerang pihak lain yang bersebarangan atau berbeda pilihan politiknya.
Perubahan sifat itu menjadi semakin mengkhawatirkan dengan maraknya penyebaran infomasi tanpa klarifikasi, tanpa mencari sumbernya yang sering kali berupa informasi palsu, bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech) antar sesama.
Inilah kenyataan kontestasi politik di era post truth yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi dalam dunia medsos.
Dan, yang paling mengagetkan kita semua adalah bahwa pelakunya menurut berbagai survei tidak terkait dengan tingkat usia maupun pendidikan.
Banyak riset dan survei menemukan bahwa tingkat pendidikan tidak banyak mempengaruhi kontrol diri pelaku dengan tingkat pendidikan tinggi.
Siapa saja yang memegang gawai (gadget) dan aktif di media sosial sangat berpotensi melakukan tindakan tak terpuji tersebut.
Bahkan, tak terkecuali aktor-aktor penting dalam dunia pendidikan, seperti dosen, guru, mahasiswa dan pelajar.
Dunia pendidikan menghadapi kontradiksi sekaligus dilema: satu isi praktik pendidikan yang sejatinya bertujuan untuk membentuk manusia yang cerdas dan berakhlak mulia; sementara di sisi yang lain menumbuhkan perilaku sosial yang merusak tujuan-tujuan mulai pendidikan tersebut.
KEDUA, Selain perilaku sosial, dunia pendidikan kita juga menghadapi problem perilaku individual yang serius, yakni lunturknya sifat tata krama atau pola relasi yang baik antar peserta didik (siswa) maupun antara peserta didik dengan guru.
Kasus-kasus bullying antar siswa yang sering terjadi akhir-akhir ini dan juga kasus-kasus kekerasan dalam hubungan siswa dan guru menjadi kenyataan mengecewakan dalam praktik pendidikan kita.