Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ini KONI Baru, Ini Baru KONI
FROM nothing, to something. Fakta ini harus menjadi bagian utama dari perjalanan panjang KONI. Merangkak dari bawah, pernah mencapai puncak.
Editor: Toni Bramantoro

Oleh: M. Nigara
FROM nothing, to something. Fakta ini harus menjadi bagian utama dari perjalanan panjang KONI. Merangkak dari bawah, pernah mencapai puncak, namun karena politik praktis menggebrak, saat ini KONI seperti tercampak.
Tak heran, banyak pihak yang pesimis, tapi alhamdulillah masih tetap ada yang optimis.
KONI, saat ini sedang berada di ruang gawat darurat. Tapi, asa harus tetap dikembangkan.
Inilah babak baru Komite Olahraga Nasional Indonesia, babak yang akan menjadi penentuan bagi arah dan menentukan dalam meraih tujuan olahraga nasional kita.
UNIK DAN PATRIOT
Di dunia, mungkin hanya KONI, lembaga atau badan yang sejak dilahirkan, banyak versi sejarahnya, tapi saya berpegang pada PON ke 1, di Surakarta, 1948 hingga saat ini posisinya mengambang.
Padahal sejak awal hingga hari ini, seluruh tugas dan fungsi KONI untuk dan demi negara. Apalagi sejak lahirnya UU No. 3 Tahun 2005, posisi KONI makin terjepit. Langkahnya makin sulit ketika seluruh anggaran dipersempit. Dana hibah dari Kemenpora, akhirnya membawa bencana.
Diakui atau tidak, sejak 2011, KONI kehilangan segalanya. Dana yang awalnya bukan persoalan fundamental, meski jumlahnya tetap tidak memadai, namun
sejak Rita Subowo lengser, tiba-tiba menjadi persoalan. Langkah KONI jadi terengah-engah.
Konon, di era Pak Wismoyo, KONI memiliki dana abadi dengan jumlah yang lumayan besar, tapi kemudian habis, bis. Saya tidak ingin menuduh, namun kas KONI di era pak Tono, kosong melompong.
Di era Pak Tono inilah anggaran pribadi pengurus mulai ikut digelontorkan. Apalagi, diakui atau tidak, terbentangnya garis politik praktis ikut membawa petaka. Akibatnya, KONI makin terjepit hingga akhirnya 'kapal' KPK merapat.
Paham kan jika kondisi KONI jadi sangat unik? Di satu sisi seluruh pekerjaan KONI demi dan untuk negara. Di sisi lain anggaran tak tersedia. Untung mayoritas komponennya masih memiliki jiwa patriot. Jika tidak maka KONI sudah padam sejak dua tahun silam.
BARU
Terpilihnya Letjen (purn) TNI AD Marciano Norman sebagai Ketua Umum KONI, secara otomatis menanggung beban berat. MN begitu sapaan akrabnya, hehe...sama kodenya dengan kode saya saat masih di lapangan sebagai wartawan: Kompas, BOLA, GO, NUSA BALI, Berita Buana, dan Sinar Pagi, mn (selalu dengan inisial kecil, Mahfudin NIGARA).

