Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Lomba Kritik Sastra, Ruang Publik Dinilai Perlu Lebih Banyak Puisi
Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI) menggelar lomba kritik puisi esai. Analis Politik Denny JA pun berkomentar.
Editor: Ferdinand Waskita
Mengapa karya Denny JA yang dipilih sebagai tema kritik sastra? Ujar
Dian Ratri mengungkapkan alasan karya Denny JA yang dipilih sebagai tema kritik sastra.
Lima tahun belakangan ini, dunia sastra bergunjang ganjing dengan kontroversi puisi esai karya Denny JA.
"Terjadi pro dan kontra yang maha hebat. Namun, buku puisi esai terus diterbitkan. Hingga hari ini sudah terbit lebih dari 80 buku puisi esai," kata Dian.
Dian menuturkan sudah lebih dari 200 penulis dari Aceh hingga Papua menulis puisi esai. Bahkan penyiar Asia Tenggara, dari Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura juga menerbitkan puisi esai.
"Ini yang membuat puisi esai menjadi topik yang hangat dan kontroversial untuk lomba kritik sastra tahun ini," tuturnya.
Baca: 5 Tempat Wisata di Kutai Kartanegara, Dekat Ibu Kota Baru Indonesia
Baca: RUSUH PAPUA, Polisi Sebut Paulus Suryanta Ginting Penghubung Informasi ke Media Asing
Pengumuman lomba kritik puisi esai di HB Jassin juga disemarakkan oleh acara Titian Muhibbah Sastra Malaysia - Indonesia.
Banyak penyair Malaysia yang ikut hadir. Diselenggarakan pula diskusi sastra.
Puisi Denny JA soal Papua juga ikut dibacakan di acara itu.
Puisi kembali di bawa ke tengah gelanggang merespon isu masyarakat yang sedang bergolak.